Status Batam Mau Diubah, 2 PMA asal Jerman Ini Tetap Tertarik Berinvestasi

"Namun selebihnya masih bertahan, berikut juga dengan 700 perusahaan yang ada di 24 kawasan industri di Batam," katanya.
Gusmardi mengakui kompetisi antar negara di bidang penyediaan lahan industri memang berat. Untuk menyaingi Johor Malaysia masih butuh jalan panjang, namun tidak dengan Vietnam karena Batam masih lebih baik dari negara komunis tersebut.
"Di Batam, masa pengelolaan lahan bisa mencapai 80 tahun. Sedangkan di Vietnam yang dulunya 60 tahun malah dikurangi menjadi 30 tahun," ungkapnya.
Selain itu, jika ada perusahaan-perusahaan yang tutup di Batam, Gusmardi meminta jangan salahkan BP Batam karena pada dasarnya dunia industri juga berjalan sebanding dengan kemajuan teknologi.
"Inikan bisnis. Ada pasar, apalagi Batam sangat terpengaruh pasar global, jika Singapura menurun, kita juga ikutan," jelasnya.
Teknologi juga menentukan peran dari daya saing perusahaan industri. Teknologi yang kalah saing tentu membuat perusahaan tidak akan mampu bertahan hidup karena ada teknologi yang lebih baik lagi.
"Contohnya Sanyo Battery yang sudah tutup tahun lalu. Mereka tak bisa berkompetisi lagi karena teknologinya kalah bersaing. Akibatnya terpaksa kurangi karyawan supaya bisa hidup atau malah tutup," tegasnya. (cr13/leo)
Di tengah rencana mengubah status Batam dari FTZ ke KEK, dua penanam modal asing (PMA) asal Jerman, Caterpillar dan Schneider memperluas usahanya
Redaktur & Reporter : Budi
- Trump Berulah, Macron Desak Perusahaan Prancis Setop Berinvestasi di Amerika
- Harga Emas Antam Hari Ini 4 April, Turun!
- Kanselir Jerman Sebut Donald Trump Merusak Tatanan Niaga Global
- Media Asing Sorot Danantara, Dinilai Serius soal Profesionalitas
- Ini Aturan Baru Pemberitahuan Pabean di Kawasan Bebas, Simak Penjelasan Bea Cukai
- Daftar Lengkap Pengurus Danantara, Ada 2 Presiden hingga Tokoh Fenomenal