Status Jadi ASN, Belum Tentu Kesejahteraan Pegawai KPK Menurun

jpnn.com, JAKARTA - Pakar Hukum Tata Negara, Muhammad Rulliyandi ikut mencermati terkaiy salah satu konsekuensi dari UU KPK yang baru yakni status pegawai KPK menjadi Aparatur Sipil Negara.
Karena itu mereka harus tunduk pada tata tertib birokrasi yang sudah dinormakan dalam UU ASN. Artinya terkait gaji, tunjangan maupun pendapatan tambahan lainnya, itu akan menyesuaikan aturan.
Meski begitu, anggaran KPK cukup besar, hampir satu triliun bahkan diusulkan naik Rp1,2 Triliun.
"Jadi dengan beban tanggung jawabnya yang besar dan juga jumlah pegawainya yang tidak begitu besar, itu bisa saja diberi treatment yang berbeda," ujar Rulli usai acara diskusi di D'Consulate, Menteng, Jakarta, Kamis (18/9).
Terkait hal itu, dia mempersilakan dibicarakan dengan Komisi III mengenai anggaran.
"Karena itu ada hubunganya dengan status ASN, yang ada kepangkatan, jabatan, golongan dan sebagainya," imbuhnya.
Menurutnya, perubahan status belum tentu membuat kesejahteraan akan menurun karena dengan anggaran yg besar, jumlah pegawai yang sedikit, apalagi ada pembatasan tidak boleh dibentuk di provinsi.
Jadi jika dikelola dengan baik, kesejahteraan pegawai tidak akan terganggu.
Coba bayangkan, pegawai KPK menjadi aparatur sipil negara seperti saya, menangani perkara ratusan miliar dan triliunan, gajinya sedikit. Itukan sama menyuruh orang yang kelaparan, disuruh menjaga warung nasi Padang, perintahnya dilarang makan.
- Konon, ASN yang Mau Pindah ke IKN Bakal Terima Tunjangan Khusus
- PPPK 2024 yang Baru Dilantik Jangan Sok Tahu, Begitu Pesan Pak Totok
- Jaksa KPK Tuding Mbak Ita Potong Hak ASN Pemkot Semarang
- TASPEN Rayakan 62 Tahun Penuh Kepedulian, Beri Bantuan Kursi Roda ke Peserta Pensiun
- Hari Kartini, Pramono Gratiskan Pengurusan SIM untuk ASN dan Wartawan Perempuan
- Perjalanan Gemilang 62 Tahun TASPEN: Ini Sederet Inovasi dan Transformasi Layanan