Stereo Adharta

Oleh: Dahlan Iskan

Stereo Adharta
Adharta mengenang kerusuhan Mei 1998. Foto: Disway

Petugas hotel melihat adegan itu dengan haru. Keesokan harinya ketika Adharta makan di hotel itu, tidak boleh bayar.

Tanggal 15 Mei, mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR. Kerusuhan di Jakarta mereda. Hari itu Presiden Soeharto meletakkan jabatan. Wakil Presiden Habibie dilantik menjadi presiden.

Malam itu Adharta menghubungi sopirnya. Agar Sang Sopir cari jalan menuju bandara. Pukul 03.00, sang Sopir bisa sampai bandara. Pakai mobil kijang.

Adharta bisa pulang ke Grogol. Sudah ada tentara yang menjaga perumahan itu.

Itu adalah perumahan Kementerian Penerangan. Yang sudah banyak dijual. Adharta membelinya satu tahun sebelumnya.

Komposisi di perumahan itu 50:50 –antara Tionghoa dan non-Tionghoa.

Ketika belum sampai rumah, Adharta terpikir untuk mengevakuasi keluarganya. Ke hotel. Atau ke apartemen. Itulah pilihan tempat evakuasi paling aman.

Waktu masih di Singapura, ia terpikir mengevakuasi keluarga ke sebuah apartemen di dekat Muara Baru. Ia kenal pemiliknya. Ia memesan 20 rumah di apartemen itu.

Hari itu Jakarta membara. Kerusuhan Mei 1998, pembakaran terjadi di mana-mana. Anda sudah tahu: korbannya warga keturunan Tionghoa. Juga aset mereka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News