Stereo Alor

Oleh: Dahlan Iskan

Stereo Alor
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"Sebelum itu kapal harus berhenti di Kalabahi tiga hari. Pipa bambu kan kecil," katanya.

Waktu kecil Adharta melihat semua itu. Ia juga sering mendaki bukit dan gunung Alor. Bersama anak-anak di sana. Termasuk Hasan Ashari Oramahi.

Anda sudah tahu tokoh itu: penyiar legendaris RRI, TVRI, sampai BBC.

Oramahi adalah sepupu Adharta: sang engkong punya dua istri. Yang satu wanita Tionghoa, satu orang lagi asli Alor. Lahirlah ayah Hasan Ashari Oramahi.

"Alam Alor itu indah. Bergunung. Berbukit. Tanahnya subur," katanya. Kemiri terbaik dari sana. kemirinya tiga kali lebih besar dari daerah lain. Kenari. Pala. Dan yang ia selalu banggakan adalah: mangga kelapa.

Ia selalu minta kiriman mangga kelapa dari Alor. Ukurannya sebesar kelapa. Rasanya, katanya, tiada duanya. Setiap kali melihat mangga besar di Bangkok ia selalu mencibir dalam hati: tidak akan bisa mengalahkan mangga kelapa.

Anda sudah tahu: yang juga terkenal dari Alor adalah lautnya. Pantainya. Teluknya. Pertukaran air lautnya. Dari dingin (saat Australia musim dingin) ke hangat. Lumba-lumbanya. Ikan pausnya. Semua itu bisa dilihat. Dirasakan.

Kalabahi memang berada di sebuah teluk. Menjorok jauh ke dalam: airnya tenang sekali.

SAYA ke Jambi kemarin. Jadi saksi perkara seperti itu lagi. Di PTPN 6 di sana. Saya khawatir tidak cukup waktu untuk menulis. Saya ingat teman saya ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News