Strategi Pemerintah Genjot Produksi Industri Tekstil

Industri TPT nasional dinilai perlu membangun kemampuan produksi agar mampu memenuhi permintaan pakaian fungsional di pasar domestik maupun ekspor.
Sebab, dengan pertumbuhan ekonomi saat ini, terjadi pergeseran permintaan dari pakaian dasar (basic clothing) menjadi pakaian fungsional seperti baju olahraga dan sebagainya.
’’Pemerintah juga berupaya membuat perjanjian kerja sama ekonomi yang komprehensif dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk memperluas pasar ekspor TPT lokal,’’ ungkap Airlangga.
Sebab, produk TPT negara tetangga seperti Vietnam bisa masuk ke pasar Amerika dan Uni Eropa dengan tarif bea masuk nol persen.
Sebaliknya, impor produk tekstil dari Indonesia masih dikenai bea masuk bertahap, mulai lima persen hingga 20 persen.
’’Karena itu, perlu adanya bilateral agreement tersebut,’’ tutur Airlangga.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengakui, pelaku industri TPT lokal masih sulit memperoleh bahan baku lokal yang kompetitif.
’’Impor kain dan benang terus meningkat karena harga benang dan kain di dalam negeri cukup tinggi akibat bea masuk antidumping untuk produk bahan baku benang, yakni polyester staple fibre dari Taiwan, Tiongkok, dan India, yang mencapai 5–28 persen,’’ terang dia. (agf/c14/oki)
Pemerintah terus berusaha meningkatkan kapasitas produksi industri tekstil dan produk tekstil (TPT).
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Said Iqbal Desak Permendag 8 Dicabut karena Merugikan Usaha Lokal & Buruh
- Dukung Industri Garmen, Bea Cukai Beri Izin Fasilitas Kawasan Berikat ke Perusahaan Ini
- Kemenperin Segera Diskusi dengan Gubernur Bali soal Pelarangan AMDK di Bawah 1 Liter
- Lawatan Prabowo ke Luar Negeri Memperkuat Diplomasi Kawasan, Kemenlu: Ini Hasilnya
- Ini Peran Strategis Bea Cukai dalam Sinergi Instansi untuk Mendorong Ekonomi Daerah
- Bea Cukai Yogyakarta Edukasi Masyarakat Bahaya Rokok Ilegal Lewat Program Beringharjo