Stres Berstatus Guru Honorer, Merantau ke Bali Jadi Bartender
“Rumah dikasihkan aku dan anak,” tandas dia.
Menurut Karin, sebenarnya sudah lama dia dan suami berbeda prinsip. Karin sangat ingin suaminya menjadi guru, sesuai dengan ijazah akademiknya yang merupakan lulusan pendidikan keguruan.
Karin merasa bila menjadi guru lebih tenang dan bisa fokus dengan kehidupan lainnya. Sebuah profesi yang juga adalah bagian dari ibadah.
Berbeda dengan Donjuan. Semenjak tidak diangkat-angkat dan hanya berstatus guru honorer SD, Donjuan mulai frustasi.
Dalam sebulan dia hanya mendapatkan gaji Rp 1 juta. Biasanya, uang itu hanya digunakan untuk biaya cicilan rumah yang tahun ini sudah lunas.
Donjuan makin tersiksa kala melihat anaknya sering menangis, karena tidak bisa membeli mainan.
“Nasib guru sekarang kan sulit. Urusan sertifikasi, belum lagi gaji minim. Yang muda-muda seperti saya ini memang harus berjuang,” jelasnya.
Tak ada karir jelas, tahun 2013 lalu, Donjuan berpamitan untuk bekerja di Bali. Kebetulan waktu SMK, Donjuan kursus menjadi bartender sehingga dia yakin bakal banyak restoran yang membutuhkan keahliannya.
Awalnya Donjuan, 35, hidup di Bali untuk mengais rezeki. Namun, lambat laun pria asal Kedamean, Gresik, Jawa Timur itu mulai mengais paha-paha bule
- Digikomfest 2024 Dorong Keterbukaan Informasi Publik Perangkat Daerah
- Kapolres Banyuasin Membagikan Makanan Bergizi Gratis untuk Siswa SDN 13 Air Kumbang
- Camat Diminta Lebih Peka Atasi Isu Wilayah dan Penyusunan Anggaran
- Tanah Longsor di Padang Lawas, 4 Orang Meninggal Dunia
- Irjen Andi Rian Kerahkan 1.471 Personel Kawal Pemungutan Suara Pilkada 2024 di Sumsel
- Ditresnarkoba Polda Sumsel Memusnahkan Sabu-Sabu 2.689,06 Gram dan 657 Butir Ekstasi