Struktur Tarif Cukai Tembakau di Indonesia Dinilai Paling Kompleks di Dunia
jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Universitas Indonesia Vid Adrison menyebut struktur tarif cukai hasil tembakau di Indonesia yang paling kompleks, yang terdiri dari empat komponen.
Di antaranya yakni jenis produksi (tangan dan mesin), golongan produksi (ada yang 2 atau 3 golongan), rasa (kretek atau putih) dan Harga Jual Eceran (HJE). Di mana Indonesia saat ini memiliki 10 tier.
“Struktur cukai hasil tembakau super kompleks. Padahal di negara yang sudah lebih dulu mengarah ke pengendalian, sistemnya sederhana dengan jumlah tier yang sedikit,” ujar Vid dalam diskusi virtual 'Pandemi, Harga Cukai dan Naik Perokok Anak' belum lama ini.
Sebelumnya, pada 2017 pemerintah telah membuat roadmap simplifikasi hingga 2021 untuk menyederhanakan sistem dan golongan tarif cukai tersebut. Sayangnya pada 2018 ketentuan itu dicabut.
“Struktur cukai yang paling bagus itu kan spesifik dan simpel. Kita (Indonesia-red) memang spesifik, tetapi kompleks,” jelas Vid.
Dikatakan Vid, struktur yang simpel dan spesifik justru lebih menguntungkan baik untuk tujuan pengendalian konsumsi tembakau maupun pemenuhan target penerimaan negara.
Dalam kesempatan yang sama, Peneliti Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI) Renny Nurhasana menyatakan pemerintah perlu menjalankan kembali simplifikasi struktur tarif cukai.
“Tarif cukai bisa lebih simpel jika simplifikasi kembali dijalankan, sehingga rokok menjadi lebih tidak terjangkau terutama bagi anak–anak,” kata Renny.
Pemerintah dinilai perlu menjalankan kembali simplifikasi struktur tarif cukai agar lebih simpel.
- Pemerintah Baru Diminta Libatkan Pemangku Kepentingan dalam Merumuskan Regulasi
- Presiden Prabowo Diharapkan Bisa Melindungi Kedaulatan Ekonomi Pertembakauan Nasional
- Rejo Ekspansi di Pasar Global, Hadir di World Tobacco Asia 2024
- Khawatir Bisa Mematikan Industri Tembakau, Apindo Tegas Menolak RPMK
- APTI Anggap PP 28/2024 dan RPMK Membunuh Petani Tembakau
- Regulasi Tembakau Kembali Menuai Kekhawatiran Industri