Stunting jadi Ancaman Bagi Generasi Indonesia di Masa Depan
Biasanya stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Masyarakat dihimbau untuk mengenail tanda-tanda anak mengamali stunting yaitu antara lain, anak bertumbuh lebih pendek untuk anak seusianya.
Kemudian proporsi tubuh cenderung normal, tetapi anak tampak lebih muda/ kecil untuk usianya, pubertas terlambat dan performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar.
Semakin muda usia perkawinan, semakin besar risiko melahirkan bayi stunting. Kasus stunting yang terjadi di keluarga miskin sebesar 48,4 persen dan pada keluarga kaya sebesar 29 persen.
Permasalahanya, papar Niken para ibu sering kali memiliki pengetahuan yang minim dalam pengasuhan anak sejak dalam kandungan. Faktanya saat ini 60 persen dari anak usia 0 – 6 bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif. Sebanyak 2 – 3 anak usia 0 – 24 bulan tidak menerima MP – ASI.
“Jika stunting tidak segera ditanggulangi, maka bonus demografi ini akan menjadi sia–sia. Indonesia hanya akan memiliki banyak generasi muda yang tidak produktif. Ini karena stunting akan menghasilkan generasi yang serba kekurangan,” tandas Niken.(chi/jpnn)
Untuk menanggulangi angka stunting di Indonesia, pemerintah memasukkan penurunan stunting menjadi target Program Kerja Menengah Nasional Pemerintah 2015-2019.
Redaktur & Reporter : Yessy
- PKN Membantu Pemerintah untuk Mengentaskan Masalah Stunting
- Kaltim Andalkan Data Presisi Geospasial untuk Pembangunan
- Polres Inhu Menanam Cabai Dukung Program Asta Cita terkait Ketahanan Pangan
- ASN Komdigi Terlibat Judi Online Sudah Teridentifikasi Lama, tetapi Budi Arie Cuek Saja
- Eks Anak Buahnya Disikat Polisi terkait Situs Judi, Budi Arie Berkata Begini
- Minta Polisi Cek HP Pegawai Komdigi Pelindung Situs Judi Online, Sahroni: Bongkar Jaringannya!