Suara Hati Para Imigran yang Gagal Menyeberang ke Australia

Nekad Lari karena Takut Mati di Negeri Sendiri

Suara Hati Para Imigran yang Gagal Menyeberang ke Australia
MENANGIS : Muhammad Hadi (kanan) dan Karrara Husein, dua imigran asal Afghanistan yang ditemui di Wisma Dewi Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya Minggu (5/2), menceritakan keluarganya yang dibunuh di Pakistan. Foto: Sandy AW/Radar Tasikmalaya/JPNN
 

"Jika kamu menyaksikan keadaan di negara kami, di sana sangat buruk. Setiap hari saudara-saudara kami dibunuh," ungkapnya saat ditemui Radar Tasikmalaya (JPNN Group) di Hotel Wisma Dewi Singaparna, Tasikmalaya (5/2).

 

Hadi mengungkapkan, mereka diancam bunuh karena berasal dari etnis Hazara. Di sisi lain, pemerintah maupun aparat keamanan di negaranya tidak bisa memberikan jaminan keamanan bagi komunitas penganut Syiah tersebut. Hadi menuding pemerintah maupun aparat keamanan cenderung membiarkan orang-orang Hazara dibunuh.

 

Dia menjelaskan, lebih dari seribu warga etnis Hazara, baik di Afghanistan maupun Pakistan, tewas karena dibunuh. Kondisi itu memaksa mereka mencari negara baru. Segala cara dilakukan. Termasuk, berusaha menembus negara lain tanpa paspor, visa, dan dokumen lainnya.

 

Hadi mengaku sudah menghabiskan lebih dari USD 10 ribu atau sekitar Rp 90 juta untuk biaya perjalanan dari Pakistan menuju Indonesia. "Kami menjual tempat tinggal. Kami menjual hidup kami untuk datang ke sini (Indonesia)," ujarnya.

Segala cara dilakukan para imigran asal Timur Tengah untuk meninggalkan negerinya. Dengan modal seadanya, mereka mempertaruhkan nyawa demi menuju

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News