Suara Para TKW yang Sudah Tak Tahan Tinggal di Negeri Jiran

Nur Bisa Bawa Gaji, Santi Ingin Kuliah Lagi

Suara Para TKW yang Sudah Tak Tahan Tinggal di Negeri Jiran
Nurhayati (kiri) saat berbincang dengan penghuni penampungan TKI Johor Bahru, Malaysia. Foto: Nungki Kartikasari/Jawa Pos
 

Senasib dengan Nur, Yustina Wiyanti merupakan TKI lain yang juga akan pulang sebelum Lebaran. Wanita 22 tahun itu mengaku minggat dari majikan karena tidak pernah mendapat makanan sehat selama 1,5 tahun bekerja sebagai PRT. "Saya hanya makan nasi dan mi instan setiap hari. Tidak ada yang lain," ucapnya.

 

Badan Yustina tampak kurus. Rambutnya tipis awut-awutan. Dengan tinggi sekitar 150 sentimeter, berat Yustina tidak sampai 40 kilogram. "Alhamdulillah, ini sudah gemuk sedikit dibanding saat pertama saya datang enam bulan dulu di sini (penampungan, Red)," ungkap wanita asal Kabupaten Lampung Utara tersebut.

 

Memang, Yustina tak pernah mengalami kekerasan fisik dari majikan. Namun, dia tidak betah dengan peraturan majikannya yang tidak manusiawi. Misalnya, dirinya tidak boleh libur sehari pun, tidak diizinkan mudik Lebaran, dan tidak mendapat makan selayaknya. Dia juga tidak bisa keluar dari rumah majikan.

 

Namun, suatu hari, Yustina mendapat kesempatan untuk melarikan diri dari rumah majikan. Meski tanpa membawa apa-apa, dia merasa lega bisa bebas. Dia kemudian ditolong orang-orang yang berempati terhadap masalah yang dihadapinya. "Saya lalu dibawa ke penampungan KJRI ini," kisahnya.

Sekitar 80 tenaga kerja Indonesia (TKI) di Johor Bahru, Malaysia, menunggu deportasi karena tak memiliki dokumen resmi. Mereka harus hengkang dari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News