Suara Para TKW yang Sudah Tak Tahan Tinggal di Negeri Jiran

Nur Bisa Bawa Gaji, Santi Ingin Kuliah Lagi

Suara Para TKW yang Sudah Tak Tahan Tinggal di Negeri Jiran
Nurhayati (kiri) saat berbincang dengan penghuni penampungan TKI Johor Bahru, Malaysia. Foto: Nungki Kartikasari/Jawa Pos

Tak kuat menahan penderitaan tersebut, Situm melarikan diri dari rumah majikan dan melapor ke polisi. Dari situlah awal Situm menghuni penampungan TKI bermasalah di KJRI. Sebab, tak lama setelah melapor ke polisi, dirinya dijemput petugas KJRI Johor Bahru untuk dibawa ke penampungan. Saat melapor ke polisi, Situm tak memiliki identitas apa pun. "Semua barang saya tinggal di rumah majikan," paparnya.

Selama di penampungan, Situm bekerja membantu memasak di kantin KJRI. Masakan Situm terkenal enak dan sesuai selera konsumen. "Jamu buatan saya paling laku. Orang-orang Indonesia di sini banyak yang pesan," cerita dia.

Situm berencana membuka warung jamu di rumahnya jika pulang kelak. Dia begitu trauma dengan tindakan semena-mena sejak dibawa PJTKI ke Malaysia hingga bekerja di rumah majikan. "Majikan saya kalau marah suka mukul," katanya.

Nasib seperti Situm juga dialami Susanti Eka Sari. Wanita kelahiran 28 tahun itu juga menanti giliran untuk dipulangkan ke Indonesia. Dia juga merasa ditipu oleh PJTKI yang mengantarnya ke Malaysia. Sebelum berangkat, Susanti dijanjikan bekerja menjadi staf di salah satu hotel di negara Melayu itu. "Tapi, sesampai di sini (Malaysia, Red), saya dipaksa jadi babu (pembantu, Red)," tegas wanita asal Magelang itu.

Sekitar 80 tenaga kerja Indonesia (TKI) di Johor Bahru, Malaysia, menunggu deportasi karena tak memiliki dokumen resmi. Mereka harus hengkang dari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News