Suara Tak Terucap dari Kelok Seribu (Bagian 2)

Kedekatan Pimpinan dengan Rekanan Menakutkan Bawahan

Suara Tak Terucap dari Kelok Seribu (Bagian 2)
Suara Tak Terucap dari Kelok Seribu (Bagian 2)
Memang selalu saja ada makanan lokal yang istimewa. Di Kupang ada jagung rebus lokal. Manisnya seperti jagung manis dan pulennya seperti ketan. Di Ende, singkongnya bukan main nendangnya: lezat rasanya, pulen gigitannya, dan masir komposisinya. Apalagi dimakan dengan sambal khas Flores.

 

Sayangnya, "kelok seribu" telah membuat sambal itu tumpah di pangkuan dan minyaknya merembes sampai menembus celana dalam. Pedalaman saya terasa terganggu tapi malu merintih: minyak sambal tersebut rupanya merembes sampai ke bagian yang ada di balik celana dalam itu.

 

Tiba di lokasi PLTU, saya tercenung. Mengapa dibangun PLTU batu bara di sini" Kalau saja keputusan itu dibuat sekarang, saya akan memilih menggunakan dana tersebut untuk mempercepat penyelesaian proyek geothermal Ulumbu dan memperbesarnya.

 

Di PLTU Ende itu, kami sepakat memberikan kepercayaan kepada generasi muda PLN untuk mencari jalan keluar. Hanya anak-anak muda yang biasa nekat yang bisa membuat PLTU tersebut berfungsi baik nantinya. Saya lihat mereka lulusan ITB dan ITS yang andal, gigih, serta berani. Setidaknya berani mendebat saya. Kepada mereka saya titipkan nasib PLTU itu.

 

MASYARAKAT Ruteng-Maumere punya cara melewati "kelok seribu" tanpa mabuk. Yakni, naik "bus kayu". Itulah kendaraan umum yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News