Suara Tak Terucap dari Kelok Seribu (Bagian 2)
Kedekatan Pimpinan dengan Rekanan Menakutkan Bawahan
Jumat, 22 Oktober 2010 – 01:41 WIB
"Kelok seribu" sudah berlalu. Perjalanan selanjutnya memang masih akan tiga jam, tapi tinggal menyusuri pantai utara. Menuju Maumere. Kelokannya hanya ratusan mengikuti bukit-bukit yang tidak seberapa terjal. Kami melewati perkebunan kemiri yang rindang. Lalu, perkebunan mete yang berbuah lebat.
Tepat tengah hari, kami sudah tiba di kantor PLN Cabang Maumere. Meski hari Minggu, semua karyawan dan istri lengkap menunggu di kantor. Kami mendiskusikan kondisi listrik di Maumere. Mereka juga minta penjelasan mengenai banyak hal di PLN. Termasuk mengenai wacana larangan suami-istri kerja di PLN.
Ternyata, di situ ada karyawan muda asal Sidoarjo yang sudah mengincar seorang gadis yang kini sedang menjalani masa percobaan untuk menjadi karyawan PLN. Secara bergurau, saya sarankan agar cepat-cepat saja dilamar dan dikawin. Sebelum aturan baru berlaku. Aturan itu nanti tidak berlaku mundur.
Wacana tersebut sekarang memang lagi top di kalangan karyawan PLN. Sangat banyak pro dan kontra. Tapi, sebenarnya larangan seperti itu sudah umum berlaku di perusahaan-perusahaan besar di mana saja.
MASYARAKAT Ruteng-Maumere punya cara melewati "kelok seribu" tanpa mabuk. Yakni, naik "bus kayu". Itulah kendaraan umum yang
BERITA TERKAIT