Suara Tak Terucap dari Kelok Seribu (Bagian 2)

Kedekatan Pimpinan dengan Rekanan Menakutkan Bawahan

Suara Tak Terucap dari Kelok Seribu (Bagian 2)
Suara Tak Terucap dari Kelok Seribu (Bagian 2)
Ternyata, lampu-lampu jalan tersebut masih menyala terang. Berfungsi dengan baik. Artinya, sampai pagi pun lampunya tetap menyala. Itu berarti tenaga matahari yang disimpan di aki/baterai tersebut cukup untuk menyalakan lampu besar semalam suntuk. Kalaupun ada beberapa lampu yang saya lihat tidak menyala, ternyata ada penyebab lainnya: aki/baterainya dicuri orang!

 

Pak Janu yang baru pulang dari Tiongkok itu sudah punya kiat mengatasi pencurian aki tersebut. Di Tiongkok, dia melihat sudah ada aki/baterai yang tidak bisa digunakan untuk start mobil/motor. Baterai jenis itulah yang kelak digunakan untuk memperluas suryanisasi lampu jalan raya.

 

Di Kupang, kami juga sempat melihat pabrik semen Kupang. Satu-satunya industri besar di Pulau Timor itu sangat berharap PLN bisa memberikan listrik yang cukup. Bahkan, kalau listrik di NTT memang bisa baik, akan ada dua pabrik lagi yang dibangun: pabrik pengolahan mangan yang memerlukan listrik masing-masing 4 MW. Alangkah vitalnya listrik ini untuk memajukan ekonomi daerah.

 

Dari kunjungan ke berbagai daerah di NTT itu, saya mendapat pelajaran manajemen yang sangat berharga. Pelajaran yang belum pernah saya peroleh dalam hidup saya. Ini datang dari ucapan tidak langsung seorang karyawan yang malam itu ikut menampilkan paduan suara. Paduan suara karyawan PLN NTT memang ciamik. Juara paduan suara BUMN! Setelah turun panggung, dia berbisik: "Pak, kunjungan Bapak ini membuat kami merasa dekat dengan pimpinan. Selama ini kami menyangka bahwa pimpinan itu hanya lebih dekat dengan rekanan."

 

MASYARAKAT Ruteng-Maumere punya cara melewati "kelok seribu" tanpa mabuk. Yakni, naik "bus kayu". Itulah kendaraan umum yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News