Suara Tak Terucap dari Kelok Seribu (Bagian 2)

Kedekatan Pimpinan dengan Rekanan Menakutkan Bawahan

Suara Tak Terucap dari Kelok Seribu (Bagian 2)
Suara Tak Terucap dari Kelok Seribu (Bagian 2)
Makna bisikan tersebut sangat dalam. Citra pimpinan yang hanya dekat dengan rekanan ternyata menimbulkan dampak psikologis yang hebat di kalangan karyawan. Ternyata, karyawan sering segan menegur, marah, atau memberikan sanksi kepada rekanan karena suasana kebatinan yang tidak terkatakan itu. Mereka takut menegur rekanan karena melihat betapa akrabnya pimpinan dengan rekanan tersebut. Intinya, mereka takut menegur yang mereka kira temannya pimpinan.

 

Meski kedekatan pimpinan dengan rekanan tidak mesti karena adanya hubungan khusus, karyawan ternyata tidak mudah membedakannya. Karyawan tidak bisa tahu mana perkawanan yang profesional dan mana perkawanan yang kolutif.

Begitu melihat keakraban antara pimpinan dan rekanan (misalnya bisa masuk ruang kerja pimpinan tanpa prosedur atau sering sama-sama main golf atau sering sama-sama makan), karyawan langsung menduga hubungan itu sangat khusus. Karyawan akan hati-hati memperlakukan rekanan tersebut, "khawatir jangan-jangan mengganggu kepentingan khusus pimpinan".

 

Bahwa ada perasaan karyawan seperti itu, sungguh baru kali ini saya mendengarnya. Maklum, baru kali ini saya bergaul dengan karyawan BUMN.

 

MASYARAKAT Ruteng-Maumere punya cara melewati "kelok seribu" tanpa mabuk. Yakni, naik "bus kayu". Itulah kendaraan umum yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News