Subsidi Listrik Langsung ke Rakyat

Subsidi Listrik Langsung ke Rakyat
Subsidi Listrik Langsung ke Rakyat
Namun di bisnis energi, harga justru akan semakin naik ketika tidak ada monopoli PLN. Sebab, PLN "swasta" tak bakal  mau mematok harga di bawah ongkos produksi. Berbeda dengan PLN yang menarik Rp 650 per kwh kepada konsumen padahal BPP seharusnya Rp 1200 per kwh. Artinya, PLN selalu ""tekor" Rp 550 per kwh yang dijual.  Dahlan memperkirakan harga listrik akan naik 30 persen apabila bisnis  ini benar-benar diserahkan kepada mekanisme pasar. "Di Filipina harga listrik sangat mahal karena diserahkan sepenuhnya pada swasta," katanya.

Pernyataan Dahlan diamini Fabby Tumiwa, pengamat kelistrikan yang ikut  hadir dalam acara tersebut. Menurut dia, upaya swastanisasi  pengelolaan listrik pernah dilakukan negara-negara maju seperti Amerika dan Inggris. Bahkan Inggris berani melakukan unbundling dalam  pengelolaan tenaga setrum itu. Yakni memisahkan pengelolaan transmisi, distribusi, dan pembangkitan listrik. Itu terbagi-bagi dalam sejumlah perusahaan berbeda.

Namun, lanjut Fabby, lambat laun terjadi persoalan hingga membuat perusahaan-perusahaan itu merger satu sama lain. Bahkan sejumlah  perusahaan yang dianggap paling besar pun harus rela merger. Itu, kata Fabby, karena karakter bisnis listrik sangat berbeda. Perusahaan listrik tak bisa menciptakan listrik. "Dia hanya me-generate untuk menghasilkan listrik dengan bahan bakar primer. Karena itu, pasokan dan harganya sangat ditentukan harga bahan bakar," katanya.

Bisnis listrik, kata Fabby, tak bisa dibandingkan dengan bisnis telekomunikasi. Dia menganalogikan apabila ada seorang investor punya  duit USD 50 juta. Dia bisa mendirikan perusahaan listrik dan coverage area yang lumayan. Dalam kisaran waktu tak lama, investor sudah bisa meraup keuntungan. Dengan jumlah sama tak berlaku di bisnis listrik. Uang sejumlah itu, hanya mampu menghidupi listrik satu kampung kecil. "By nature, bisnis ini memang banyak barriers," ujarnya.

JAKARTA - Banyaknya kritikan tentang subsidi listrik yang dinilai  salah sasaran membuat Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News