Sudah Jadi Menteri, Jangan Terima Gaji DPR
Rabu, 28 Oktober 2009 – 17:42 WIB
JAKARTA - Sejumlah politisi di DPR memang telah ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai pembantunya di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II. Namun ternyata belum semua tercoret dari kursi legislatif. Karenanya dikhawatirkan, para anggota DPR yang jadi menteri itu menerima gaji double, yakni sebagai anggota DPR maupun sebagai menteri. seperti diketahui, beberapa nama anggota DPR yang dipilih sebagai menteri antara lain Tifatul Sembiring dan Suswono dari Fraksi PKS, Jero Wacik, Darwin Saleh, EE Mangindaan dan Syarif Hasan dari Fraksi Partai Demokrat, Zulkifli Hasan dari Fraksi PAN, Suryadharma ALI dari Fraksi PPP, serta Muhaimin Iskandar dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa.
Kekhawatiran itu diungkapkan Mantan Ketua Panitia Khusus RUU Kementrian Negara, Agun Gunanjar Sudarsa, di Jakarta, Rabu (18/10). Menurut Agun, sesuai UU Kementrian Negara maka anggota DPR yang sudah ditarik ke jajaran eksekutif sebagai menteri tidak boleh lagi menerima gaji sebagai anggota DPR. Agun beralasan, bisa saja gaji double itu terjadi lantaran anggota DPR dilantik pada 1 Oktober dan ditunjuk sebagai menteri juga masih di bulan dan tahun yang sama.
"Jadi para menteri yang berasal dari DPR harus segera mengundurkan diri dari jabatannya sebagai anggota DPR. Partai jangan diam saja. Partai harus segera memprosesnya karena rangkap jabatan jelas dilarang dalam UU Kementrian Negara," tukas politisi Golkar ini.
Baca Juga:
JAKARTA - Sejumlah politisi di DPR memang telah ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai pembantunya di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB)
BERITA TERKAIT
- Gaji PPPK Paruh Waktu Rp 3,8 Juta, Jam Kerja Part Time Belum Jelas
- Peradi Masih jadi Pilihan Utama Calon Advokat Untuk Ikuti PKPA
- Masjid Indonesia Pertama di Yokohama Jepang Resmi Dibangun
- KAI Properti Dukung Pelestarian Lingkungan Melalui Aksi Tanam Pohon
- Mbak Rerie: Pembangunan Kebudayaan Bukan Langkah yang Mudah, Butuh Dukungan Semua Pihak
- Saleh Ingatkan Pemerintah Waspada soal Defisit BPJS Kesehatan