Sudah Jalan Tiga Jam, Bayi Keburu Lahir
Rabu, 15 Juli 2009 – 08:16 WIB
Bagi Rosita, warga Badui memiliki arti tersendiri. Dia mengabdikan diri selama hampir 12 tahun dan punya delapan posyandu yang tersebar di pedalaman Badui. Sebulan sekali dia mengunjungi tempat-tempat tersebut secara bergiliran. Untuk tiba di posyandu terdekat, Ros butuh waktu minimal dua jam perjalanan dengan berjalan kaki. Tidak ada sepeda, sepeda motor, apalagi mobil karena di kawasan Badui kendaraan jenis apa pun dilarang. Usaha yang dirintisnya tidak sia-sia. Perbandingan angka kematian ibu dan bayi di Badui saat ini berubah. "Dulu tahun 1997 saya hitung setahun mencapai lima kasus kematian. Sekarang alhamdulillah secara data sudah tidak ada," tutur Rosita.
Namun, dia masih memiliki mimpi, yakni membangun rumah sakit bersalin. Tujuannya mempermudah tugas dan bisa secara maksimal membantu warga pedalaman yang juga membutuhkan fasilitas medis. "Itu hanya mimpi di siang bolong Mas. Tapi siapa tahu ada malaikat lewat dan mendengarnya," canda dia, lantas mengakhiri pembicaraan. (nw)
Penolakan suku Badui Dalam terhadap metode pengobatan modern kini mulai terkikis. Berkat kegigihan Bidan Eros Rosita, mereka mengenal jarum
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408