Sudah Jalan Tiga Jam, Bayi Keburu Lahir

Sudah Jalan Tiga Jam, Bayi Keburu Lahir
Sudah Jalan Tiga Jam, Bayi Keburu Lahir
 

Bagi Rosita, warga Badui memiliki arti tersendiri. Dia mengabdikan diri selama hampir 12 tahun dan punya delapan posyandu yang tersebar di pedalaman Badui. Sebulan sekali dia mengunjungi tempat-tempat tersebut secara bergiliran. Untuk tiba di posyandu terdekat, Ros butuh waktu minimal dua jam perjalanan dengan berjalan kaki. Tidak ada sepeda, sepeda motor, apalagi mobil karena di kawasan Badui kendaraan jenis apa pun dilarang. Usaha yang dirintisnya tidak sia-sia. Perbandingan angka kematian ibu dan bayi di Badui saat ini berubah. "Dulu tahun 1997 saya hitung setahun mencapai lima kasus kematian. Sekarang alhamdulillah secara data sudah tidak ada," tutur Rosita.

 

Namun, dia masih memiliki mimpi, yakni membangun rumah sakit bersalin. Tujuannya mempermudah tugas dan bisa secara maksimal membantu warga pedalaman yang juga membutuhkan fasilitas medis. "Itu hanya mimpi di siang bolong Mas. Tapi siapa tahu ada malaikat lewat dan mendengarnya," canda dia, lantas mengakhiri pembicaraan. (nw)

  Penolakan suku Badui Dalam terhadap metode pengobatan modern kini mulai terkikis. Berkat kegigihan Bidan Eros Rosita, mereka mengenal jarum


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News