Sudah Rp 13 Triliun Dana Asing Kabur
Sejak 26 September hingga 13 Oktober
jpnn.com - JAKARTA - Panasnya tensi politik yang dipicu persaingan kubu koalisi Jokowi dan Prabowo memantik kekhawatiran pelaku pasar. Direktur Eksekutif Lembaga Riset Katadata Heri Susanto menyatakan, perseteruan politik yang tak kunjung reda setelah pemilihan presiden mendapat reaksi negatif investor di pasar finansial.
"Sepanjang periode 26 September hingga 13 Oktober, Rp 13 triliun dana asing kabur dari Indonesia," ujarnya di Jakarta kemarin (16/10).
Menurut Heri, arus modal keluar atau capital outflow itu terlihat dari total net sell investor asing di pasar modal yang mencapai Rp 7 triliun.
Adapun di pasar obligasi, kepemilikan investor asing atas Surat Utang Negara (SUN) juga menyusut Rp 6 triliun. "Tren ini bisa berlanjut kalau situasi politik tidak kunjung mereda," katanya.
Periode 26 September 2014, kata dia, digunakan sebagai titik awal perhitungan capital outflow. Sebab, itu bertepatan dengan memanasnya tensi politik seiring persaingan sengit di DPR saat pengesahan RUU pemilihan kepala daerah (pilkada).
Momen tersebut menunjukkan bahwa Koalisi Indonesia Hebat yang menguasai pemerintahan takluk oleh Koalisi Merah Putih (KMP).
Pada 26 September itu, investor asing langsung melakukan aksi jual di pasar saham hingga Rp 1,4 triliun. Akibatnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 68 poin ke level 5.132. Pada 13 Oktober, IHSG sudah anjlok 219 poin ke 4.913.
Sementara itu, nilai tukar rupiah pada 26 September melorot 60 poin dan menembus level psikologis Rp 12.007 per USD. Pada 13 Oktober, rupiah sudah merosot ke Rp 12.202 per USD.
Heri menyebutkan, saat ini investor global tengah galau menanti kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed. Karena itu, investor menjadi lebih sensitif pada isu-isu politik.
Apalagi, salah satu keunggulan Indonesia di mata investor selama ini adalah stabilitas politik yang terjaga baik. "Ini harus menjadi perhatian para politisi agar secepatnya menjalin rekonsiliasi," ucapnya.
Karena itu, lanjut Heri, investor akan terus mencermati manuver-manuver politisi dalam beberapa pekan ke depan. Terutama setelah Jokowi-Jusuf Kalla dilantik sebagai presiden dan wakil presiden.
Dari situ, investor akan melihat apakah efektivitas pemerintahan akan terganggu oleh dominasi kubu Prabowo di parlemen. "Kalau masih ada gangguan dan ganjalan, bisa jadi kegelisahan investor pasar modal akan menular ke sektor riil," jelasnya.
Ekonom Bank DBS Gundy Cahyadi menambahkan, stabilitas politik memang menjadi prasyarat utama bagi keberlanjutan ekonomi Indonesia. Dia mengungkapkan, dalam sebulan terakhir, rupiah melemah 4 persen atau lebih besar dibanding depresiasi mata uang Asia lain yang rata-rata hanya 2 persen.
JAKARTA - Panasnya tensi politik yang dipicu persaingan kubu koalisi Jokowi dan Prabowo memantik kekhawatiran pelaku pasar. Direktur Eksekutif Lembaga
- Puncak Nataru, Garuda Indonesia Group Menerbangkan 77.552 Penumpang
- Lewat Program 'Didik', Bea Cukai Tingkatkan Kompetensi Perusahaan Penerima Fasilitas AEO
- Bank Mandiri Buktikan Komitmen Menyukseskan 3 Juta Rumah Dengan Jadi Penyalur FLPP
- Layanan CRM OCA Bantu UMKM Lebih Dekat dengan Pelanggan
- Kabar Baik, Target KUR 2025 Naik jadi Rp 300 Triliun
- IDSurvey Buka Kantor Cabang di Singapura