Sudah Tinggal Setengah Abad Lebih di Australia, Boru Munthe Ini Tetap Pegang Paspor RI

Pra yang sebelumnya belajar Metalurgi di RMIT dan kemudian bekerja di Lab Metalurgi di salah satu perusahaan Australia Caterpillar mengatakan masih terus memiliki hubungan erat dengan Indonesia.
"Rata-rata selama 60 tahun ini, saya dan istri saya mengunjungi Indonesia setiap dua tahun sekali," kata pria kelahiran tahun 1942 ini.
Mereka juga pernah ke Indonesia di tahun 1968 untuk menjajaki kemungkinan menetap di sana, namun melihat situasi dalam negeri di awal Orde Baru saat itu, Pra akhirnya memutuskan untuk kembali dan menetap di Melbourne.
Subagio masih aktif bekerja di usia 88 tahun

Tomik Subagio yang berusia 88 tahun sudah lebih lama lagi tinggal di Australia dan masih memegang paspor Indonesia.
Pria yang kini bermukim di Adelaide, Australia Selatan, pertama kali menjejakkan kaki di Australia pada tahun 1955.
Ia pertama kali datang untuk belajar di bidang teknik di Adelaide University selama tahun 1955 sampai 1963, lalu melanjutkan karirnya sebagai insinyur mesin.
Kesempatannya belajar ke Adelaide menurut Tomik tak lepas karena kemerdekaan Indonesia dan jasa para pahlawannya.
Di saat banyak orang ingin pindah kewarganegaraan tanpa banyak pertimbangan, ada pula yang memilih mempertahankan kewarganegaraannya meski sudah bertahun-tahun tinggal di luar negaranya
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia