Sudah Tinggal Setengah Abad Lebih di Australia, Boru Munthe Ini Tetap Pegang Paspor RI
"Sebelum berangkat ke Australia, di Istana Merdeka Jakarta, kami disalami oleh Presiden Sukarno (Bung Karno), beliau mengucapkan selamat dan mengharapkan kami kembali ke Indonesia dengan dua tangan kanan," cerita Tomik.
Setelah menyelesaikan sekolah di tahun 1963, ia sempat pulang ke Indonesia namun kemudian kembali ke Adelaide untuk menetap sejak tahun 1968.
Sekembalinya ke Adelaide, Subagio bekerja di Departemen Teknik dan Pasokan Air (Department of Engineering and Water Supply) sampai pensiun tahun pada 1992.
Ketika bekerja, Subagio menciptakan sebuah katup kupu-kupu (butterfly valve) untuk mengatur aliran air dan menjadikannya salah seorang pegawai yang memiliki hak paten katup kupu-kupu tersebut.
Setelah pensiun, Tomik tetap aktif bekerja sebagai penerjemah bahasa Inggris-Indonesia dan sebaliknya.
Tomik sering bertugas di pengadilan ataupun di rumah sakit yang memerlukan penerjemah bahasa.
"Saya sampai sekarang adalah petugas layanan publik tertua di Australia Selatan," kata Tomik Subagio kepada wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya hari Kamis (15/10).
Tomik mengaku sama sekali tidak pernah mempertimbangkan untuk pindah kewarganegaraa meski dia menikahi seorang perempuan Australia.
Di saat banyak orang ingin pindah kewarganegaraan tanpa banyak pertimbangan, ada pula yang memilih mempertahankan kewarganegaraannya meski sudah bertahun-tahun tinggal di luar negaranya
- Program Makan Bergizi Gratis Diharapkan Menyasar Anak Indonesia di Pedalaman
- Dunia Hari Ini: Etihad Batal Lepas Landas di Melbourne karena Gangguan Teknis
- Kabar Australia: Sejumlah Hal yang Berubah di Negeri Kangguru pada 2025
- Misinformasi Soal Kenaikan PPN Dikhawatirkan Malah Bisa Menaikkan Harga
- Dunia Hari Ini: Mantan Menhan Israel Mengundurkan Diri dari Parlemen
- Dunia Hari Ini: Pemerintah Korea Selatan Perintahkan Periksa Semua Sistem Pesawat