Sudirman Cup 2025: Siapa Itu Sudirman?

Sudirman Cup 2025: Siapa Itu Sudirman?
Trofi Sudirman Cup. Foto: bwf

"Pada Februari 1978, sebuah kelompok sempalan dari IBF, yang disebut Federasi Bulu Tangkis Dunia, dibentuk, dan untuk sementara waktu, dua sirkuit berjalan secara paralel. Aspirasi Olimpiade bulu tangkis terancam, tetapi upaya rekonsiliasi menemui sejumlah hambatan," bunyi ulasan di laman BWF.

Dick Sudirman punya teman-teman di kedua badan dunia dan memprakarsai pertemuan informal di Bandung antara para pemimpin kedua federasi pada 28 Mei 1979.

Dia mengusulkan pembentukan kelompok studi kerja yang terdiri dari tokoh-tokoh terkemuka dari kedua federasi untuk menemukan jalan keluar dari kebuntuan. Ia juga mengusulkan pertandingan persahabatan antara pemain dari kedua federasi. Usulannya diterima dan menjadi dasar bagi upaya rekonsiliasi. Tepat dua tahun kemudian, pada 28 Mei 1981, kedua badan dunia itu bersatu.

Setelah Dick Sudirman meninggal dunia (karena stroke) pada 10 Juni 1986, sahabat lamanya dan wakil presiden PBSI Suharso Suhandinata menulis surat kepada Presiden IBF Arthur Jones untuk mengenang kontribusi Sudirman bagi bulu tangkis.

Suhandinata mengusulkan agar sesuatu yang konkret dimulai untuk mengenang Sudirman, dan bertanya apakah IBF akan mempertimbangkan usulan Indonesia untuk menyelenggarakan kompetisi atas namanya.

Ide tersebut diajukan untuk dibahas dalam rapat Dewan IBF oleh Arthur Jones pada tahun 1986. Pada tahun 1988, IBF yakin akan kemungkinan untuk menyelenggarakan Kejuaraan Beregu Campuran Dunia dan menerima tawaran Indonesia untuk trofi tersebut. Karena jadwal yang padat, Dewan IBF memutuskan agar Piala Sudirman diselenggarakan bersamaan dengan Kejuaraan Dunia.

Piala Sudirman, seperti piala-piala utama lainnya dalam bulu tangkis seperti Piala Thomas, Piala Uber, dan Piala Suhandinata, merupakan sebuah karya yang luar biasa; piala ini menyatukan unsur-unsur bulu tangkis dan warisan budaya Indonesia – negara yang menyumbangkan piala tersebut.

Trofi Sudirman Cup terbuat dari perak murni berlapis emas 22 karat. Dengan tinggi 80 cm, trofi ini berdiri di atas alas segi delapan yang terbuat dari kayu jati terbaik.

Indonesia belum pernah lagi menjadi juara Sudirman Cup setelah 1989. Kenapa, ya?

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News