Suharso dan Amplop Kiai
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Penyebutan John dimaksudkan sebagai upaya mendelegitimasi Naro sebagai tokoh yang tidak islami. Dia bahkan disebutkan memelihara anjing di rumahnya.
Saat itu, Naro berselisih dengan politikus PPP dari fraksi Nahdlatul Ulama (NU).
Dia menyingkirkan para politikus dari kalangan NU memusatkan semua dukungan kepadanya.
Perselisihan Naro dan politikus dari kalangan NU di PPP mencapai puncak pada 1982.
Saat itu, banyak calon anggota legislatif PPP dari NU terpental dari nomor urut jadi menjadi posisi bawah sehingga kecil kemungkinan untuk terpilih.
NU memutuskan mundur dari dunia politik dalam wadah PPP melalui keputusan Muktamar pada 1984 yang digelar di Situbondo, Jawa Timur.
Dalam keputusan muktamar itu, NU menyatakan kembali ke khittah 1926, yaitu sebagai organisasi sosial kemasyarakatan keagamaan.
Ketika itu, para politisi NU yang kecewa melakukan gerakan yang populer disebut sebagai penggembosan PPP.
Hanya dengan satu isu 'amplop kiai’ saja, seorang ketua umum bisa didongkel dengan relatif mudah dan dalam waktu singkat.
- Pesan Mardiono Saat Hadiri Pelantikan Gubernur Papua Pegunungan & Bangka Belitung
- Internal PDIP Solid Menyambut Kongres, tetapi Butuh Biaya
- Cegah Konflik Meluas, Polisi Bersiaga di Universitas Malahayati
- Mardiono Tegaskan Pentingnya Kebersamaan dalam Kegiatan Bukber Kader PPP
- DPC Solo Raya Dorong Mardiono Jadi Ketum PPP 2025-2030, Ini Alasannya
- Tradisi Partai Persatuan Pembangunan Gelar Peringatan Malam Nuzululquran