Suharso Monoarfa dan Istri yang Selamat dari Tragedi Sukhoi

Sudah Masuk Kabin, Istri Melarang Terbang

Suharso Monoarfa dan Istri yang Selamat dari Tragedi Sukhoi
Suharso Monoarfa di dalam kabin pesawat Sukhoi Superjet-100. Foto : Istimewa
 

Lelaki kelahiran Mataram, NTB, tersebut hadir di bandara pukul 13.00. Saat itu, flight demo kloter pertama baru saja rampung. Dia bersama istri dan anaknya pun ikut masuk ke kabin untuk bersiap terbang kloter kedua. Suharso bahkan sempat berfoto di kabin. Tapi, susunan acara mendadak diubah. Rombongan tidak terbang dulu, tapi presentasi lebih dulu, baru take-off.

 

Presentasi pesawat berlangsung sekitar setengah jam. Pihak Sukhoi begitu meyakinkan dalam memaparkan keunggulan pesawat tersebut. Suharso pun kepincut pada burung besi itu. Sebab, harganya cukup murah untuk pesawat di kelasnya. Yakni, USD 35 juta. "Sukhoi lebih murah USD 5 juta daripada Embraer yang buatan Brazil itu," katanya.

 

Tibalah giliran untuk flight demo. Suharso yang bersiap terbang digandoli Nurhayati. Perempuan berjilbab itu merasa tidak enak karena sebentar lagi sang suami harus menghadiri rapat. Lagi pula, terbang selama sejam benar-benar akan menyita waktu mereka. Lelaki 57 tahun itu pun ikut ragu. "Akhirnya saya putuskan tidak ikut. Prinsip saya, kalau ragu melakukan sesuatu, lebih baik jangan," tegasnya.

 

Suharso sempat menyuruh anaknya, Andhika, untuk ikut. Tapi, sang putra sulung itu menolak. Alasannya, dirinya sedang flu berat. "Seandainya saja dia ikut, kami pasti akan sangat bersedih. Dia baru saja menikah. Untung saya tidak memaksanya," katanya.

Mantan Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa hampir saja ikut menjadi korban tragedi hilangnya pesawat Sukhoi Superjet 100  Rabu (9/5).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News