Suhu Besar
Oleh: Dahlan Iskan
Itu pun belum menjangkau semua ruang di Mahavira. Suhu Besar lupa memperlihatkan dapur. Telanjur sudah sampai bagian lain yang jauh. Dapurnya, kata Suhu Besar, 24 x 24 meter. Tanpa pilar. Lapang. Mahavira harus punya dapur sendiri. Agar terjaga ''kehalalannya'' versi Buddha Mahayana.
Salah satu ruang pertemuan di Mahavira ini bisa menampung 1.200 orang. Besar. Tanpa pilar. Betapa mahal konstruksi prestressed-nya. Ruang ini juga bisa untuk acara kawinan umat Buddha.
Lalu ada ruang kebaktian: 3 buah. Besar-besar. Lapang. Tanpa pilar. Tiga ruang sembahyang ini diisi banyak sekali patung. Besar-besar. Patung granit.
Tak terhitung banyaknya patung di sini: besar-besar, tinggi-tinggi: masing-masing sekitar 2 ton beratnya. Termasuk 12 arca yang masing-masing menjadi penjaga shio: saya berhenti sejenak di depan arca penjaga shio Kelinci.
Lalu ada satu patung yang tingginya 16 meter. Patung itu ditempatkan di menara setinggi 56 meter. Awalnya ada ide akan dibuat lebih tinggi lagi. Tetapi itu dinilai kurang sopan: akan melebihi tingginya Borobudur. Dibatalkan. Lantas dibuat 56 meter itu.
Yang istimewa adalah juga Lorong Filsafat Buddha-nya. Sekeliling Mahavira ini dibuatkan koridor. Arsitekturnya khas vihara. Indah. Dinding kanan kiri lorong dihiasi relief yang ditempel di dinding. Isinya 156 topik filsafat hidup. Termasuk adegan Buddha mengiris daging pahanya untuk diberikan ke binatang buas yang kelaparan.
Tiap topik terdiri dari 9 relief. Maka di sepanjang Lorong Filsafat ini terdapat lebih 1.500 relief. Di bawahnya disertakan teks tiga bahasa: Indonesia, Inggris, Mandarin.
Bisa saja siswa diajari filsafat di lorong itu. Satu hari satu topik. Maka diperlukan waktu setahun untuk menyelesaikannya. Lorong ini bisa menjadi kelas filsafat hidup.