Suhu Laut Kian Panas, Ilmuwan Khawatir

Suhu Laut Kian Panas, Ilmuwan Khawatir
WNI kru Kapal Diamond Princess menikmati pemandangan matahari tenggelam dari atas KRI dr Soeharso di kawasan Pulau Sebaru Kecil, Selasa (3/3). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.

"Daratan cenderung lebih hangat daripada lautan, sehingga bila lautan begitu hangat, kita mulai mengalami suhu yang sangat tinggi dan kekeringan karena lautan menguap dan hujan dengan sendirinya," jelas Dr Bracco.

Dia menjelaskan hal yang sama terjadi di Amerika tengah, dengan suhu lautan di Pasifik timur saat ini 3-5 Celcius di atas normal saat pola iklim El Niño yang terus terjadi.

Kota Phoenix di barat daya Amerika Serikat mengalami rekor suhu tertinggi selama 31 hari di atas 43 Celcius selama bulan Juli.

Di Tiongkok, selama bulan Juli, curah hujan yang memecahkan rekor dipicu oleh Topan Doksuri, menewaskan puluhan orang dan menimbulkan kehancuran saat menerjang ke utara hingga Beijing dan Provinsi Hebei.

Baik Dr Cai maupun Dr Bracco menyebut suhu laut yang menghangat kemungkinan besar berkontribusi dalam peristiwa ini.

'Anestesinya' sudah habis

Para ilmuwan percaya perubahan iklim memainkan peran nyata dalam lonjakan suhu lautan.

Dikatakan, perbedaannya kali ini terkait pendorong iklim alami yang dampaknya tak lagi disamarkan seperti yang terjadi di masa lalu.

Selama beberapa dekade, aktivitas manusia sudah meningkatkan emisi gas rumah kaca yang memerangkap lebih banyak energi matahari, menghangatkan atmosfer, lautan, dan daratan.

Pakar iklim menyebut perisai yang biasanya melindungi Bumi dari efek perubahan iklim selama bertahun-tahun, sudah memudar

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News