Suhu Laut Kian Panas

Selama beberapa dekade, aktivitas manusia sudah meningkatkan emisi gas rumah kaca yang memerangkap lebih banyak energi matahari, menghangatkan atmosfer, lautan, dan daratan.
Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), dari energi panas ekstra tersebut, sekitar 90 persen disimpan di lautan.
Penelitian menemukan begitu karbon dioksida masuk ke atmosfer, maka akan tertahan sekitar 300 hingga 1.000 tahun lamanya.
Data dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menunjukkan adanya tren kenaikan suhu permukaan laut sejak tahun 1901, yang meningkat pesat mulai dari tahun 1970-an dan seterusnya.
Tapi Dr Cai mengatakan "rasa sakit" dari ketidakseimbangan energi ini telah ditutupi selama bertahun-tahun oleh pengaruh pendinginan dari berbagai pendorong iklim alami. Pendinginan alami itu tidak terjadi tahun ini.
"Ini seperti membius rasa nyeri akibat pemanasan global," katanya.
"Anestesinya sudah sudah habis dan kita mulai merasakan nyerinya sekarang."
Efek El Niño dan La Niña
Dr Cai menjelaskan yang paling signifikan dari apa yang disebut "anestesi" ini adalah pola iklim La Niña, fase "dingin" El Niño Southern Oscillation (ENSO), yang terjadi selama tiga tahun berturut-turut dari 2020-2022.
Pakar iklim menyebut perisai yang biasanya melindungi Bumi dari efek perubahan iklim selama bertahun-tahun, sudah memudar
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- NEC Indonesia Laporkan Dampak Positif Penanaman 6.250 Pohon bagi Lingkungan