Suka Duka Petugas Pemungutan Suara Pemilu Amerika Serikat

Hanya Dibayar USD 100 untuk Kerja 16 Jam

Suka Duka Petugas Pemungutan Suara Pemilu Amerika Serikat
BAWA KELUARGA: Seorang warga Distrik Dranesville, McLean, Virginia, menggunakan haknya dalam pemilihan presiden AS, pekan lalu. Foto: Redhi Setiadi for Jawa Pos
Setelah mengantre sekitar 30 menit, calon pemilih sampai di depan meja panjang pertama. Di situ, mereka akan didata nama dan alamatnya. Kartu identitas apa saja bisa digunakan. Mulai kartu pemilih, SIM, paspor, kartu anggota militer, kartu mahasiswa, kartu pengenal tempat kerja, hingga tagihan telepon, TV, listrik, apartemen, dan sebagainya.

 

"Prinsipnya, semua bukti identitas kami terima, asal ada nama terang dan alamatnya," jelas Vicki sambil menunjukkan daftar 21 jenis bukti identitas yang bisa digunakan.

 

Di seberang meja pendataan tersebut, ada satu meja panjang lagi. Di meja itulah pengawas pemungutan suara (poll watcher) mencatat dan mencocokkan identitas pemilih. Pengawas tersebut berasal dari Partai Republik dan Demokrat (dua partai yang mengusung calon presiden dalam pilpres kali ini, Red) serta Tea Party. Tea Party merupakan kelompok politik paling konservatif di AS.

Para pengawas itu terlihat masih muda-muda. Mereka tidak berinteraksi langsung dengan pemilih, tapi dengan petugas pendataan yang menyebut nama calon pemilih dengan suara agak keras.

 

Salah satu unsur penting dalam suksesnya pemilu AS pekan lalu adalah para petugas pemungutan suara (election official). Merekalah yang bertanggung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News