Suka Duka Petugas Pemungutan Suara Pemilu Amerika Serikat
Hanya Dibayar USD 100 untuk Kerja 16 Jam
Rabu, 14 November 2012 – 00:01 WIB

BAWA KELUARGA: Seorang warga Distrik Dranesville, McLean, Virginia, menggunakan haknya dalam pemilihan presiden AS, pekan lalu. Foto: Redhi Setiadi for Jawa Pos
Setelah mengantre sekitar 30 menit, calon pemilih sampai di depan meja panjang pertama. Di situ, mereka akan didata nama dan alamatnya. Kartu identitas apa saja bisa digunakan. Mulai kartu pemilih, SIM, paspor, kartu anggota militer, kartu mahasiswa, kartu pengenal tempat kerja, hingga tagihan telepon, TV, listrik, apartemen, dan sebagainya.
"Prinsipnya, semua bukti identitas kami terima, asal ada nama terang dan alamatnya," jelas Vicki sambil menunjukkan daftar 21 jenis bukti identitas yang bisa digunakan.
Di seberang meja pendataan tersebut, ada satu meja panjang lagi. Di meja itulah pengawas pemungutan suara (poll watcher) mencatat dan mencocokkan identitas pemilih. Pengawas tersebut berasal dari Partai Republik dan Demokrat (dua partai yang mengusung calon presiden dalam pilpres kali ini, Red) serta Tea Party. Tea Party merupakan kelompok politik paling konservatif di AS.
Para pengawas itu terlihat masih muda-muda. Mereka tidak berinteraksi langsung dengan pemilih, tapi dengan petugas pendataan yang menyebut nama calon pemilih dengan suara agak keras.
Salah satu unsur penting dalam suksesnya pemilu AS pekan lalu adalah para petugas pemungutan suara (election official). Merekalah yang bertanggung
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu