Sukadiono
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Soeharto ditambahi menjadi Muhammad Soeharto, bahkan masih ditambahi lagi dengan titel haji. Lengkaplah sudah identitas Islamnya.
Salah satu ciri masyarakat tradisional adalah masih percaya kepada logosentrisme, hal-hal yang bersifat aksesoris menjadi simbol yang penting.
Gelar haji maupun gelar akademis yang panjang akan menambah gengsi seseorang.
Status sosial seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh ‘’ascription’’, seperti gelar, ketimbang ‘’achievment’’ atau kemampuan dalam menyelesaikan tugas.
Simbol-simbol fisik seperti jenggot, gamis, kopiah, sarung, dan baju takwa, menjadi simbol kesantrian seseorang.
Karena itu, ada insiden lucu pada pembukaan Musywil Ponorogo.
Ketika itu Sukadiono yang duduk di deretan depan tidak memakai kopiah.
Beberapa saat kemudian seseorang mengirim kopiah dan Sukadiono mengenakan kopiah itu.
Kemunculan Sukadiono sebagai ketua juga memunculkan beberapa catatan, antara lain, adanya pergeseran orientasi warga Muhammadiyah Jawa Timur.
- Muhammadiyah Kritik Tren Kartu Lebaran Tanpa Ucapan Mohon Maaf Lahir Batin
- Makna Idulfitri 1446 Hijriah: Momen Kebersamaan, dan Berbagi
- Muhammadiyah Jakarta Minta Izin kepada Pramono Terkait Pembangunan Universitas
- Pesantren Jalan Cahaya Hadirkan Dakwah Inklusif bagi Penyandang Disabilitas
- Mendes Yandri Berkolaborasi dengan PP Muhammadiyah Kuatkan Ekonomi dan Dakwah di Desa
- Sambut Ramadan, Kemenag Kirim 1.000 Pendakwah ke Wilayah 3T hingga Luar Negeri