Sukhoi TNI Kuntit Jet Deputi PM Papua Nugini
Picu Protes, PM Papua Nugini Sempat Ancam Usir Dubes RI
Sabtu, 07 Januari 2012 – 06:55 WIB
"Mereka masih ngantor seperti biasanya sejak pagi tadi. Ini tapi sudah jam 10 malam, jadi sudah tutup. Petugas lainnya sudah pulang," tutur penjaga KBRI yang tidak mau namanya disebutkan itu. Dia menjelaskan, kabar memanasnya hubungan RI dangan Papua Nugini benar-benar tidak mempengahuri kerja KBRI.
Ultimatum dari pihak Papua Nugini yang disampaikan langsung oleh Peter O"neil direspon langsung oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Rencananya, tadi malam Menlu Marty Natalegawa menggelar konferensi press langsung tentang perkembangan kasus ini. Tetapi, mendadak rencana ini dibatalkan dengan alasan yang tidak jelas.
Sebaliknya, pihak Kemenlu mengganti dengan pernyataan sikap tertulis atas nama Direktorat Informasi Media (Infomed) Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik Kemenlu. Direktur Infomed P.L.E. Priatna menjelaskan, belum ada rencana menjadwal ulang agenda pernyataan resmi secara langsung oleh Menlu Marty. "Pernyataan bapak (Marty, Red) sudah kami sampaikan," kata dia.
Dalam pernyataan ini, sore hari kemarin Menlu Marty memanggil Dubes Papua Nugini di Jakarta Peter Ilau. Dalam pemanggilan ini, Marty menjelaskan tentang persoalan intersepsi yang dilakukan pesawat TNI AU terhadap pesawat yang ditumpangi pejabat Papua Nugini. Marty menegaskan, upaya intersepsi terpaksa diambil karena ada persoalan teknis dalam flifht clearance pesawat itu.
JAKARTA - Hubungan Indonesia dengan Papua Nugini sempat memanas kemarin (6/1). Pemicunya, pernyataan Perdana Menteri Peter O"neil yang mengancam
BERITA TERKAIT
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan