Sukses Paduan Suara Mahasiswa ITS di Italia
Rela Menunda Skripsi demi Ikuti Kompetisi
Saat tiba di Gorizia, mereka sempat khawatir tidak mampu memberikan penampilan optimal. Suara yang keluar kurang maksimal karena kelelahan perjalanan. ’’Kami lalu diajak jalan-jalan keliling Kota Gorizia. Sebab, saat latihan pertama di sana, suara kami kedengaran capek sekali,’’ tutur Ayu.
Kompetisi mulai digelar pada 24 Juli. Ada 20 tim paduan suara dari 16 negara di dunia. Tim PSM ITS adalah satu-satunya wakil dari Indonesia. ’’Tahun kemarin peserta dari Indonesia adalah Binus (Universitas Bina Nusantara Jakarta),’’ terang Ayu.
Dua hari dalam babak semifinal berlangsung padat. Dalam setiap kategori kompetisi, Ayu dkk harus menyanyikan dua lagu. Bukan sembarang lagu, kebanyakan yang mereka bawakan adalah lagu Latin yang sulit dipelajari.
Untuk kategori renaisans di babak semifinal, mereka membawakan lagu Dum Aurora Finem Daret dan Quel Aquellin Che Canta. Untuk kategori kontemporer, mereka menyanyikan lagu The Conversion of Saul dan Der Mensch Lebt Und Bestehet. Terakhir, untuk kategori folklor, mereka membawakan tembang Piso Surit dari Batak Karo dan Bungong Jeumpa dari Banda Aceh.
Setelah berlomba, menanti pengumuman dengan harap-harap cemas, mereka mendapatkan hasil. Untuk kategori renaisans, mereka mendapatkan juara II, kategori kontemporer peringkat keempat, dan kategori folklor peringkat kelima. Berhasil menyabet juara, keesokan harinya, pada 26 Juli, mereka melaju ke final.
Di babak tersebut, Ayu dkk mendapatkan juara II untuk kategori renaisans dan juara III untuk kategori folklor. Karena menjadi juara, mereka berkesempatan mengikuti babak grand prix. Babak tersebut hanya diikuti juara dari setiap kategori.
Dalam kesempatan itu, tim PSM ITS yang diketuai Aranda Rizky Soedjono tersebut menyanyikan lagu Io Mison Giovinetta, O Nata Lux, Piso Surit, dan Seblang Subuh. ’’Kami dapat peringkat kelima dan tambahan dua penghargaan. Yaitu, Best Costume dan Best Poetry in Music,’’ papar Aranda.
Best Poetry in Music diberikan karena proses penghayatan yang maksimal. Keesokan harinya, pada 27 Juli, mereka pulang. Sebelumnya, mereka mampir ke Venice untuk menikmati romantisnya kota sambil naik gondola. Namun, hal itu pastinya bukan tujuan utama. Membawa prestasi seperti sekarang adalah tujuan yang paling utama.
Sebanyak 37 mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) baru saja tiba dari Italia pada Kamis (30/7). Kedatangan mereka membawa kabar bahagia,
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408