Sukses Timnas U-19 Awal Kebangkitan Sepak Bola Indonesia
Indra Sjafri pernah bermain sepak bola. Namun, namanya tidak setenar Suhatman Iman. Apalagi jika dibandingkan dengan pemain legendaris PSP Padang Zulkifli Yasin (alm), yang pada 1963 bergabung dengan Persebaya. Zul panggilan akrab pemain tersebut sebagai pelatih pernah membawa Persebaya juara kompetisi PSSI dan membawa Suryanaga juara antar-klub nasional pada 1978. Namun, sebagai pelatih, Indra Sjafri ternyata lebih sukses jika dibandingkan dengan Suhatman maupun Zulkifli.
Satu hal lagi yang bisa membuat tim Garuda Jaya sukses, yakni para pemainnya mau belajar dari kekalahan. Pada 2012, sebagai inti tim pelajar Indonesia, mereka bertemu tim pelajar Korsel di Iran. Ketika itu, tim pelajar Indonesia kalah 1 - 2. Dengan belajar dari kekalahan tersebut, tim U-19, terutama pelatih Indra Sjafri, menerapkan strategi yang jitu sehingga berbuah kemenangan gemilang di SUGBK. Padahal, di tempat yang sama timnas pernah dipermalukan 1 - 4 oleh Korsel dalam laga pra Piala Dunia 1986 Zone Asia. Yang lebih menyakitkan lagi kala bertanding di Seoul, tim kita hanya kalah 2-0.
Di ajang U-19, Indonesia pernah dikalahkan Korsel 0 - 3 di kualifikasi Piala AFC 2008 pada 8 November 2007. Karena itu, kemenangan 3 - 2 itu benar- benar luar biasa meski diperoleh di SUGBK di bawah siraman hujan lebat. Semoga kemenangan tersebut merupakan awal kebangkitan sepak bola Indonesia. Sebab, jalan tim Garuda Jaya masih panjang karena harus tampil di Myanmar pada Oktober 2014. Dan, bukan tidak mungkin tim Garuda Jaya bertemu Korsel lagi. Sebab, timnas junior Negeri Ginseng itu juga lolos sebagai salah satu di antara enam tim peringkat kedua terbaik.
Dalam waktu setahun, Indonesia harus mampu mempertahankan keutuhan tim tersebut. Selain itu, prestasi mereka harus bisa dipertahankan. Jangan menjadikan tim Garuda Jaya seperti tim-tim yang lalu (seperti tim Primavera yang berlatih di Italia dan tim yang pernah berlatih di Brasil). Semakin tahun bukannya semakin maju, namun justru permainannya malah menurun. Untuk itu, PSSI harus membuat keputusan yang tepat untuk tim Garuda Jaya.
Untuk level sepak bola junior Asia (kini namanya turnamen U-19 AFC), Indonesia baru tampil 15 kali. Padahal, turnamen tersebut sudah diadakan 38 kali. Selama mengikuti turnamen tersebut baru sekali Indonesia menjadi juara. Itu pun juara bersama Burma (sekarang Myanmar) pada 1961.
Ketika itu, tim junior Indonesia ditangani oleh Djamiat Dalhar. Pelatih tersebut selama menjadi pemain dikenal sebagai salah seorang di antara trio penyerang Indonesia (bersama Tee San Liong, pemain Persebaya asal Jember, dan Ramang dari PSM Makassar).
Indonesia ditetapkan sebagai juara bersama dengan Burma karena di final bermain imbang 0 - 0. Ketika itu, belum ada peraturan adu tendangan penalti untuk menentukan pemenangnya jika laga final berkesudahan seri. Indonesia lolos ke final sebagai juara grup A, sedangkan Burma adalah juara grup B. Di penyisihan grup Indonesia tidak terkalahkan dalam empat pertandingan dengan prestasi dua kali menang (2 - 0 atas Vietnam dan 2 - 1 atas Jepang) serta dua kali seri (2 - 2 dengan Korsel dan 1 - 1 dengan Singapura).
Di antara 11 pemain tim Indonesia junior ketika itu, empat orang dari Persebaya. Yakni, bintang penyerang Anjiek Alinurdin, penjaga gawang Hardi Purnomo, be kiri Sonny Sandra (tiga pemain tersebut berasal dari Jombang dan kemudian bergabung dengan klub PS HW Surabaya) serta playmaker Bob Hippy yang sebelumnya bermain untuk Persija. PSM Makassar juga diwakili empat pemain. Mereka adalah bek kanan Faisal Jusuf, gelandang kanan Idris Mapakaya, pemain sayap kanan Manan, dan bek tengah John Simon. Sedangkan Persija diwakili oleh Dirhamsyah (penyerang) dan PSMS Medan oleh Ipong Silalahi.
SELAMA 22 tahun, sejak 1991, kita sebagai orang Indonesia selalu mengelus dada jika menyaksikan tim sepak bola nasional bertanding di level mana
- Juara MotoGP 2024, Jorge Martin Ikuti Rekor Spesial Valentino Rossi
- Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Laga Penyambung Nyawa Garuda
- Heboh Pernyataan Erick Thohir & Aksi Bang Jay setelah Indonesia Kalah Tebal, Manajer Merespons
- Pebulu Tangkis Muda Indonesia Unjuk Gigi di Vietnam dan Malaysia International Series
- Kumamoto Masters 2024: Rengkuh Satu Gelar, Ganda Putra Indonesia Perlahan Bangkit
- Daftar 20 Tim Grand Finale Meet The World With SKF Road to Gothia Cup 2025