Suksesnya Sandiwara Kabinet
Senin, 17 Oktober 2011 – 12:01 WIB
ORANG-orang Istana tampak sumringah. Mereka yakin sandiwara pergantian (reshuffle) anggota kabinet yang diulur-ulur, seperti kebiasaan TV swasta kita memperlakukan sinetron yang laris, bisa mengalihkan isu perampokan sistemik terhadap APBN yang dilakukan Nazaruddin dan komplotannya di partai (Demokrat) pimpinan Presiden Yudhoyono. Agar drama politik pergantian kabinet menjadi lebih meriah, tak lupa Yudhoyono memanggil pentolan parpol yang terlibat koalisi seperti Aburizal Bakrie (Golkar), Suryadharma Ali (PPP), Hatta Radjasa (PAN), Lutfi Hassan (PKS) dan dua pimpinan parpol yang namanya sudah diberkas KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) Anas Urbaningrum (Partai Demokrat) serta Muhaimin Iskandar (PKB).
Keyakinan orang Istana bahwa isu reshuffle bisa mengubah pola pemberitaan media massa, yang semula ditanggapi dingin-dingin saja, muncul setelah Yudhoyono sekonyong-konyong menanggapi SMS reshuffle yang beredar di masyarakat, yang (seolah) bukan berasal dari Istana.
Baca Juga:
Meskpun dicibir masyarakat karena untuk kesekian kalinya Presiden dianggap lebih responsif terhadap isu yang ditebarkan SMS ketimbang nasib rakyatnya, isu reshuffle akhirnya memang mulai naik ke permukaan. Lebih-lebih setelah Yudhoyono memamerkan kepiawaiannya menyutradarai “sinetron kabinet” dengan memanggil sejumlah orang untuk di-casting guna memainkan peran menteri dan wakil menteri.
Baca Juga: