Sulitnya Berbaik Sangka kepada Danantara

Sulitnya Berbaik Sangka kepada Danantara
Presiden Prabowo Subianto dalam pidato sambutan peluncuran Danantara. (Foto: ANTARA FOTO/ Muhammad Adimaja)

“Kalau kita melihat kebijakan presiden belakangan yang mengedepankan efisiensi, yang justru bahkan mengorbankan pelayanan hak-hak dasar, terutama pendidikan, rasanya pembentukan Super Holding Danantara ini belum menemukan relevansinya."

"Sekalipun untung, tidak langsung dirasakan oleh masyarakat secara luas."

"Mungkin lebih banyak dirasakan di tingkat-tingkat elit, di tingkat yang jauh dari masyarakat sehari-hari begitu," tutur Yassar. 

Secara sederhana, Danantara ini semacam bank investasi negara yang mengelola dana dan mengembangkan aset serta laba dari BUMN sehingga bisa tumbuh dan kembali dimanfaatkan oleh negara untuk masyarakat.

"Dia [Danantara] bisa berinvestasi bahkan di BUMN yang lain, di luar Indonesia," ujar Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF, Andry Satrio.  

"Itu bisa dilakukan karena bentuknya kan SWF (Sovereign Wealth Funds), jadi tidak tidak terpatok oleh satu hal saja," tambahnya

Danantara diharapkan bisa mengoptimalkan aset supaya bernilai tinggi, dan mengalokasikan dana dari laba aset yang sudah dikumpulkannya itu ke dalam instrumen investasi potensial, baik di dalam maupun luar negeri.

"Sebagai investasi operasionalnya dia bisa mengakomodir kepentingan-kepentingan dari BUMN yang ada di bawah Danantara tersebut, seperti versi upgrade dari INA [Indonesia Investment Authority], kalau saya melihatnya seperti itu," kata Andry.

Rully memutuskan memindahkan semua uangnya dari bank BUMN ke bank swasta setelah pemerintah meluncurkan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News