Sultan Disarankan Tolak Lamaran PDIP
Harus Tetap Konsisten dengan Sabda Pandita Ratu
Kamis, 22 Januari 2009 – 18:37 WIB
Erros beralasan, Pemilihan Presiden (pilpres) merupakan pertarungan pengaruh di Pulau Jawa. Alasannya, jumlah pemilih terbesar berada di Jawa. Menariknya, kata mantan orang di lingkaran dalam Megawati ini, sebagian besar masyarakat Jawa masih feodal dan primordial.
Baca Juga:
"Jadi kalau sampai duet Mega-Sultan ini jadi, ini adalah ancaman serius bagi SBY. Ini bukan soal romantisme, tetapi pertarungan Pilpres itu di Jawa. Dengan kondisi masyarakat yang masih feodal dan primordial, Mega-Sultan bukan tidak mungkin menjadi pemenang," ujarnya.
Erros lantas menyebut kemenangan PDIP pada Pilkada di Jawa Tengah yang menunjukkan masih kuatnya pengaruh Mega di Pulau Jawa. Dia juga menyebut perfoma pemerintahan SBY-JK yang tidak istimewa di mata masyarakat. "Karena yang masyarakat tahu adalah hidup makin susah," sambungnya.
Karenanya Erros meragukan adanya hasil survei yang menempatkan partai Demokrat sebagai pemenang Pemilu legislatif dengan meraih lebih dari 20 persen suara. "Karena tidak ada kontraksi politik dan ekonomi yang mampu mendorong demokrat meraih suara dari tujuh persen pada 2004 menjadi 20 persen pada pemilu 2009 ini. Kalau dulu memang ada sentimen masyarakat bahwa SBY dizalimi Taufik Kiemas. Tapi kalau sekarang kan tidak ada," ulasnya.
JAKARTA - Sultan Hamengku Buwono (HB) X diingatkan agar tidak menerima pinangan PDIP untuk bersedia menjadi calon wakil presiden mendampingi Megawati.
BERITA TERKAIT
- PDIP Rayakan HUT ke-52 Secara Sederhana, Bakal Diisi Pidato Politik Bu Mega
- Tinjau Makan Bergizi Gratis di Kota Bogor, Waka MPR Eddy Soeparno Tekankan Hal Ini
- Saleh PAN: Selamat Bekerja Buat Mas Pramono dan Bang Rano
- Dituduh Curang Bersama KPU di Pilkada Siak, Afni: Silakan Rakyat Menilai Sendiri
- Prabowo Tak Diundang ke HUT PDIP, tetapi Bakal Diminta Hadir Pas Kongres
- Raih 3 Juta Lebih Suara, Andra Soni-Dimyati Ditetapkan jadi Gubernur & Wagub Terpilih Banten