Sumiarsih-Sugeng Ditembak Bersama

Pakai Baju Serbaputih, Eksekusi Pukul 00.16

Sumiarsih-Sugeng Ditembak Bersama
Mobil petugas yang membawa Sumiarsih menuju lokasi eksekusi mati. Foto: JP
Selanjutnya, jaksa memerintahkan regu pengawal (tiga orang) membawa terpidana ke posisi penembakan. Borgol terpidana dilepaskan dan diberi kesempatan menenangkan diri selama tiga menit dengan didampingi rohaniwan.

Setelah semua siap, komandan pasukan menutup mata Sumiarsih dan Sugeng dengan kain hitam. Untuk eksekusi mati, mata terpidana memang harus ditutup, kecuali yang bersangkutan menolak. Tubuh Sumiarsih dan Sugeng diikat pada tiang penyangga dalam posisi berdiri.

Sebelum dieksekusi, dokter memberi tanda hitam pada baju yang dikenakan Sumiarsih dan Sugeng. Tanda tersebut persis pada posisi jantung. Itulah yang menjadi sasaran penembakan.

Kemudian, jaksa memerintahkan regu tembak mengambil posisi berhadapan dengan terpidana dengan jarak 5-10 meter. Jaksa memerintahkan eksekusi kepada komandan regu. Sebagai tanda kepada anggota, komandan regu mengacungkan pedang ke depan untuk isyarat ''siap''. Pedang diangkat ke atas untuk isyarat ''bidik'' dan pedang disentakkan ke bawah secara cepat untuk perintah tembak.

Tugas selanjutnya beralih kepada dokter dengan memeriksa tanda-tanda kehidupan terpidana. Setelah keduanya dipastikan meninggal, pasukan pengawal melepaskan ikatan, lalu dokter membuat visum et repertum.

Peristiwa pembunuhan yang menghebohkan Surabaya itu terjadi pada 13 Agustus 1988. Saat itu, lima orang yang terdiri atas Djais Adi Prayitno, 54; didampingi istri, Sumiarsih, 40; Daim, 27; Nano; Sugeng (anak Sumiarsih), 24; dan Serda Pol Adi Saputra (menantu Prayitno) mendatangi rumah Letkol Marinir Purwanto di Dukuh Kupang Timur XVII Surabaya.

Kedatangan mereka pukul 10.00 itu dianggap kunjungan biasa. Sebab, dua keluarga tersebut dikenal cukup akrab. Karena itu, Purwanto yang juga kepala Primkopal (koperasi milik Angkatan Laut) yang sedang menunggu kelahiran anak keempat itu pun menemui mereka sendiri di ruang tamu.

Ruang tamu sedang sepi. Tiga anak Purwanto tidak ada di rumah. Haryo Bismoko (siswa kelas I SMA Trimurti) dan Haryo Budi Prasetyo (siswa SD kelas VI) sedang bermain di depan rumah. Haryo Abrianto mengikuti pendidikan di Akabri. Sunarsih, istri Purwanto yang sedang hamil, memasak di dapur.

SURABAYA - Sumiarsih dan Sugeng, terpidana mati kasus pembunuhan keluarga Letkol (Mar) Purwanto pada 1988, akhirnya dieksekusi Jumat malam (18/7).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News