Sumur Api Gagal Padam, Listrik Jawa-Bali Terancam
jpnn.com - NGAWI – Perusahaan Listrik Negara (PLN) Area Pelaksana dan Pemelihara (APP) Madiun dibuat pusing dengan semburan sumur api di Dusun Sidorejo, Desa Sidolaju, Widodare, Ngawi. Sebab, upaya pemadaman api dengan menggunakan alat pemadam api ringan (APAR), yakni damkar foam serta damkar air, gagal total.
Kondisi tersebut membuat perusahaan pelat merah itu makin galau karena titik api tepat berada di bawah saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET). Dikhawatirkan, kondisi itu mengganggu jaringan listrik Jawa-Bali. Mengingat, suhu konduktor terus meningkat. ’’Kalau tidak segera dipadamkan, bisa mengganggu pasokan listrik Jawa-Bali. Yang menentukan kebijakan pemimpin. Kami hanya melaksanakan di bawah,’’ ujar Koordinator Pengawasan Jaringan SUTET APP Madiun Ari Nurhadi Selasa kemarin (9/9).
Dia menjelaskan, pihaknya menutup seng di atas pusat semburan lumpur bercampur gas dan api itu untuk memecah titik api agar lidah api tidak makin tinggi dan memengaruhi kondisi konduktor. Saat ini suhu titik api 105 derajat Celsius dan suhu konduktor berada di kisaran 22 derajat Celsius. Dikhawatirkan, kabel jaringan SUTET memuai dan putus. ’’Kalau kabel tersebut putus, bisa bisa Jawa-Bali padam,’’ tegasnya.
’’Sudah menghabiskan 25 seng untuk menutup sumber api, tapi api masih terus membesar. Sebab, sebagian seng sudah meleleh,’’ jelas Ari. Dia mengaku sudah melaporkan ke pemimpinnya terkait dengan upaya penjinakan api yang gagal total itu. Dia masih menunggu petunjuk dari atasannya. Meski begitu, Ari tetap berfokus memecah ketinggian api. Seng akan diganti dengan baja.
Selain berfokus menjinakkan api, pihaknya bakal melakukan sosialisasi kepada warga sekitar agar tidak berlomba-lomba menambah kedalamaan sumur hingga mencapai lebih dari 100 meter. Sebab, semburan api bercampur lumpur juga kerap terjadi di lokasi tersebut. Apalagi jika titik semburan berada di bawah jaringan SUTET.
Kapolsek Widodaren AKP Widodo menyatakan, pihaknya kini berupaya mengisolasi area semburan api. Pengunjung yang merokok dilarang mendekat ke titik semburan saat pemadaman dilakukan. Kebijakan tersebut diambil karena pihaknya tidak ingin kejadian alam itu memakan korban jiwa. Sebab, gas tersebut dinilai sensitif dengan api.
Sementara itu, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menuding pemerintah desa dan pihak terkait tidak menggubris rekomendasinya soal pengeboran sumur dalam hingga peristiwa sumur api jilid II kembali lahir. Gas yang terkandung di sekitar Desa Pelang Lor, Kedunggalar, dan Desa Sidolaju, Widodaren, merupakan jenis butan, etana, serta propan sehingga mudah terbakar. Apalagi, terdapat sumber panas lebih dari 100 derajat Celsius. ’’Sebetulnya, sudah kami sampaikan, jika mendengar suara gemuruh, pengeboran tidak dilanjutkan. Sebab, itu menandakan cekungan gas sudah tertembus,’’ terang Kepala Bidang Pertambangan Umum dan Migas Dinas ESDM Provinsi Jatim Didik Agus Wijanarko kemarin (9/9). (mas)
Dia menuturkan, pihaknya yakin bahwa gas mudah terbakar itu bersumber dari cekungan-cekungan dari perut bumi lantaran proses geolologi. Namun, skalanya dinilai masih kecil. Sebab, gas tersebut keluar di kedalaman yang hanya 100 meter, sedangkan sumber gas alam besar muncul di kedalaman minimal 3.000 meter. Tetapi, pihaknya belum dapat memastikan bahwa di bawah perut bumi Ngawi yang terdalam menyimpan potensi tersebut. ’’Kalau khusus kejadian ini, jelas cekungan gas dangkal. Apinya nanti bisa mati dengan sendirinya jika kandungan gas itu menipis,’’ ujarnya.
NGAWI – Perusahaan Listrik Negara (PLN) Area Pelaksana dan Pemelihara (APP) Madiun dibuat pusing dengan semburan sumur api di Dusun Sidorejo,
- Puluhan Rumah di Palabuhanratu Sukabumi Rusak Akibat Abrasi Pantai
- 391 Peserta Ikuti SKB CPNS Kota Bengkulu
- Menjelang Nataru, Polda Lampung Gelar Operasi Lilin Krakatau 2024
- Jadi Mitra Strategis Kementan, Kementrans Siap Bantu Penyediaan Tenaga Kerja
- Pengamanan Nataru, Polres Banyuasin Kerahkan 304 Personel Gabungan
- Jalur Puncak Bogor Malam Tahun Baru Ditutup untuk Kendaraan