Sumur Tua
Oleh: Dahlan Iskan
Dulu, sumur-sumur minyak bumi itu ditinggalkan begitu saja oleh Belanda. Sebagian lagi justru mereka buntu. Disumbat. Diurug. Dimatikan. Agar jangan jatuh ke musuh Belanda.
Pertamina seperti ogah-ogahan mengurus sumur tua. Dianggap tidak efisien.
Kalau mau diurus harus dibuat standar pengoperasian yang profesional. Itu berarti perlu biaya investasi yang besar.
Terlebih lagi, produksi sumur-sumur tua itu umumnya kecil. Hanya sekitar 15 barrel per hari, bahkan ada yang hanya lima barel.
Kalau diurus secara perusahaan -apalagi kalau perusahaannya sebesar Pertamina -hanya merepotkan.
Akan tetapi bagi rakyat, 15 barel itu banyak. Maka banyak yang diam-diam memanfaatkannya.
Puluhan tahun pemerintah mundur-maju dalam membuat kebijakan harus diapakan sumur-sumur tua itu.
Sampai kemudian muncullah orang seperti Toha di Muba.
Toha, bupati terpilih Musi Banyuasin adalah bagian dari orang yang hidup dari sumur rakyat. Di Muba, minyak mentah tidak perlu dicari sampai ke perut bumi.
- Didampingi Mendes Yandri, Presiden Prabowo Serukan Swasembada Pangan untuk Memakmurkan Rakyat
- Guru Honorer Posisi Teratas Terjerat Pinjol, Semoga Pidato Presiden Prabowo Bukan Omon-omon
- Kloning Javier
- Heboh Gaji Guru Naik, Istana Membeberkan Data, 2025 Honorer Langsung Rp2 Juta
- Prabowo Optimistis Indonesia tidak Lagi Mengimpor Beras pada 2025
- Walk Out