Sunat Perempuan di Malaysia Diwajibkan Tapi Tak Diatur Prosedurnya

'Hanya ikuti budaya dan berhenti bertanya'
Karena tekanan keluarga dan agama, bayi perempuannya juga terpaksa disunat.
"Dokter menarik bagian labia dan kemudian menggunakan alat seperti jarum untuk menggorek bagian klitorisnya," ujarnya kepada Erwin Renaldi dari ABC di Melbourne.
"Darah keluar dan anak saya mulai menangis."
Baru saat ia berusia 30 tahunan pandangannya soal sunat perempuan berubah, setelah ia mengetahui jika tidak ada manfaatnya bagi kesehatan dan itu hanyalah sebuah perintah berlandaskan agama.
"Kita lahir dalam budaya itu dan masyarakat berharap kita melakukannya," ujarnya.
"Otomatis saja melakukannya, kita hanya ikuti budaya dan berhenti bertanya."
"Saat jadi ibu saya masih muda dan naif dan tidak tahu apa yang saya lakukan. Saya bertanya pada diri sendiri, kalau tidak ada manfaatnya lalu mengapa kita melakukannya?"
'Kita mencampurbaurkan dengan Islam'

- 'Nangis Senangis-nangisnya': Pengalaman Bernyanyi di Depan Paus Fransiskus
- Perjalanan Jorge Mario Bergoglio Menjadi Paus Fransiskus
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia