Sunat Perempuan di Malaysia Diwajibkan Tapi Tak Diatur Prosedurnya

Kelompok perempuan Muslim di Malaysia, Sister in Islam mengatakan kepada ABC bahwa sunat perempuan semakin marak di Malaysia karena meningkatnya gerakan konservatif.
Menurut mereka di negara-negara dimana Muslim adalah mayoritas, ada tendensi untuk 'mengislamkan semua hal'.
"Orang-orang jadi takut bertanya, seolah-olah mereka mempertanyakan Tuhan," ujar Syarifatul Adibah dari Sisters in Islam.
"[Sunat perempuan] tidak disebutkan baik di Qur'an atau Hadis," jelasnya.
"Tapi saat mereka menganggap sesuatu sebagai perintah agama atau fatwa, orang akan sulit untuk benar-benar mempertanyakan dan mendebatnya."
Di tahun 2009, dewan nasional urusan keagamaan Islam di Malaysia (JAKIM) mengeluarkan fatwa jika sunat perempuan menjadi wajib, tapi jika membahayakan harus dicegah. Sebelum diwajibkan, dewan tadinya hanya memberikan status dianjurkan.
Sebagai hasilnya, sebuah survei yang dilakukan tiga tahun kemudian menemukan jika 93 persen perempuan Muslim pernah disunat.
Penelitian ini dilakukan oleh Dr Maznah Dahlui dari University of Malaya, yang juga menemukan lebih dari 80 responden mengatakan kewajiban agama menjadi alasan perempuan disunat, dan 16 persen mengatakan untuk mengontrol keinginan seksual.
- 'Nangis Senangis-nangisnya': Pengalaman Bernyanyi di Depan Paus Fransiskus
- Perjalanan Jorge Mario Bergoglio Menjadi Paus Fransiskus
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia