Sungguh Mencekam, Menghadirkan Suasana Perang

Sungguh Mencekam, Menghadirkan Suasana Perang
Penutup kepala Tari Perang di Orahili Fau. Foto: Dame Ambarita/Sumut Pos/JPG

Pakaian para wanita didominasi kuning dan merah. Terbuat dari kain asli. Merah artinya berani. Kuning bermakna keturunan bangsawan. Warna hitam biasa dipakai prajurit.

Adapun status atau kasta di Nias umumnya dan di Orahili Fau khususnya, bisa dilihat dari topi yang dikenakan seseorang.

Sabuk kelapa misalnya, dikenakan prajurit perang. Hiasan emas di kepala dikenakan penatua adat. Emas itu konon dibeli dari pedagang Aceh, yang ditukar dari anak-anak gadis keturunan kasta yang lebih rendah. Kasta bangsawan pada zaman itu mengenakan baju dan cawat dari kain yang ditenun dari kapas.

Bagi wisatawan yang ingin lebih jauh menikmati suasana asli Desa Orahili Fau, bisa menginap di rumah penduduk, dan menikmati masakan nikmat yang disajikan.

Oh satu lagi... rumah adat di desa ini sedikit banyak mirip rumah adat Batak Toba. Ada ’kursi panjang’ di bawah lawa-lawa yang menempel ke dinding bagian depan rumah. Jika ingin menonton kegiatan desa, para wanita, anak-anak, maupun orangtua bisa melihat dari celah-celah tiang, sembari duduk di atas ’kursi panjang’ ini.

Pada malam hari, bisa tidur di atas sejenis area datar di bawah ’kursi panjang’. Area ini lebarnya sama dengan lebar lantai rumah, hanya saja dibangun lebih tinggi setara tinggi ranjang modern. Area ini sekaligus berfungsi tempat makan, ruang keluarga, dan sebagainya.

Untuk toilet dan kamar mandi, umumnya setiap rumah memiliki versi modern.

Tertarik menikmati suasana itu? Yuk ke Orahili Fau! (*/Habis)

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News