Sungguh Mencekam, Menghadirkan Suasana Perang

Pakaian para wanita didominasi kuning dan merah. Terbuat dari kain asli. Merah artinya berani. Kuning bermakna keturunan bangsawan. Warna hitam biasa dipakai prajurit.
Adapun status atau kasta di Nias umumnya dan di Orahili Fau khususnya, bisa dilihat dari topi yang dikenakan seseorang.
Sabuk kelapa misalnya, dikenakan prajurit perang. Hiasan emas di kepala dikenakan penatua adat. Emas itu konon dibeli dari pedagang Aceh, yang ditukar dari anak-anak gadis keturunan kasta yang lebih rendah. Kasta bangsawan pada zaman itu mengenakan baju dan cawat dari kain yang ditenun dari kapas.
Bagi wisatawan yang ingin lebih jauh menikmati suasana asli Desa Orahili Fau, bisa menginap di rumah penduduk, dan menikmati masakan nikmat yang disajikan.
Oh satu lagi... rumah adat di desa ini sedikit banyak mirip rumah adat Batak Toba. Ada ’kursi panjang’ di bawah lawa-lawa yang menempel ke dinding bagian depan rumah. Jika ingin menonton kegiatan desa, para wanita, anak-anak, maupun orangtua bisa melihat dari celah-celah tiang, sembari duduk di atas ’kursi panjang’ ini.
Pada malam hari, bisa tidur di atas sejenis area datar di bawah ’kursi panjang’. Area ini lebarnya sama dengan lebar lantai rumah, hanya saja dibangun lebih tinggi setara tinggi ranjang modern. Area ini sekaligus berfungsi tempat makan, ruang keluarga, dan sebagainya.
Untuk toilet dan kamar mandi, umumnya setiap rumah memiliki versi modern.
Tertarik menikmati suasana itu? Yuk ke Orahili Fau! (*/Habis)
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu