Superhemat

Oleh: Dahlan Iskan

Superhemat
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Untuk membawanya harus dilipat empat. Dimasukkan tas plastik. Saya bawa pulang ke hotel. Udara pagi Tabuk sangat dingin di bulan seperti ini. Roti itu begitu panas.

"Saya harus beli buah. Sudah dua hari tidak makan buah dan sayur," kata saya dalam hati. Maka saya mampir toko kelontong: beli mentimun kecil-kecil satu pak. Isi 10 buah: 5 riyal.

Sampai di Neom, saya beli kopi agar punya alasan duduk di rest area itu: 10 riyal. Di situlah saya makan siang. Stok roti canai saya masih 1,75 lembar.

Makan tadi pagi ternyata hanya sanggup menghabiskan seperempat lembar. Maka, malam harinya, saya makan itu lagi. Pun masih punya satu lembar lagi. Masih utuh. Saya masukkan kresek plastik. Saya ikat erat-erat. Agar tetap tembem.

Ternyata besok paginya, di Jeddah, saya masih makan itu lagi, bahkan siang harinya, di Makkah. Pun saya makan siang dengan sisanya.

Di perjalanan panjang itu saya beli air putih 4 kali: 4 riyal. Maka dalam dua hari itu saya menghabiskan anggaran makan minum 25 riyal. Kalau ditambah kopi menjadi 35 riyal.

Saya pun heran. Dengan gaya makan seperti itu kok pipi ini tembem. (*)


Berita Selanjutnya:
Arab Yahudi

Maka inilah perjalanan pulang dari Neom yang super hemat: karcis bus dari Duba ke Jeddah hanya 180 riyal. Daripada bermalam di Duba 1.500 riyal.


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News