'Supir Bus Titip Mayat Eko sama Saya'

'Supir Bus Titip Mayat Eko sama Saya'
Para pelaku penyerangan terhadap suporter Aremania diamankan di Polres Sragen, sesaat setelah kejadian. Foto: dok. Radar Solo/JPG

‘’Kenapa mereka berhenti, saya juga tidak tahu pasti. Tapi, ada yang menyebutkan, bonek melihat atribut Aremania dalam bus. Entah benar atau tidak, kenyataannya mereka berhenti. Dan langsung mendatangi posisi bus,’’ ujar Marjoko.

Sesampainya di bus, mereka berhamburan melakukan aksi sweeping (penggeledahan). Satu demi satu orang di SPBU, tidak hanya Aremania, di-sweeping. Saat itu, situasi di SPBU sedang ramai. Banyak bus-bus pariwisata berhenti sebelum melanjutkan perjalanannya masing-masing.

Aksi ini membuahkan hasil. Bonek mendapatkan salah satu KTP Aremania. Di sinilah situasi menjadi menegangkan. Mereka yang dekat dengan bus langsung menghancurkan badan bus. Dengan alat apa saja yang ditemukan. Termasuk dua papan pengumuman milik SPBU dari bahan besi dijadikan alat menghancurkan bus.

Sedang bonek lainnya, ada yang mengejar-ngejar Aremania yang berusaha menyelamatkan diri dari keberingasan bonek. Sedang Aremania yang sudah terjebak dan tidak mungkin melarikan diri tak pelak menjadi bulan-bulanan bonek. Termasuk diantaranya adalah Eko Prasetyo, 30, warga Sebaluh, Pujon.

Melihat situasi cukup menegangkan, Marjoko dan tiga rekannya yang sedang tugas malam itu, memilih menyelamatkan diri. Sebelum lari dan sembunyi di kantornya, Marjoko menyuruh Supriyadi mengambil uang hasil penjualan hari itu.

‘’Wedhi mas (takut mas). Daripada jadi sasaran uang langsung saya amankan. Mesin pompa (nosel) langsung saya matikan dari dalam. Kalau tidak dimatikan saya kuatir noselnya dijadikan mainan. Bisa-bisa bensinya bisa membakar semua yang ada di sini (SPBU),’’ papar Supriyadi dengan suara pelan.

Tidak hanya Marjoko dan tiga rekannya. Seluruh awak bus pariwisata dan ratusan penumpangnya, kendaraan pribadi di pelataran SPBU langsung lari dari Tempat Kejadian Perkara (TKP).

‘’Mereka juga tahu dan mendengar Aremania berlarian minta tolong. Tapi, karena jumlah bonek begitu banyak, tidak ada yang berani. Mereka memilih menyelamatkan diri ketimbang ikut jadi korban keberingasan bonek,’’ paparnya.

TRAGEDI penyerangan suporter Bonek terhadap Aremania di Sragen,19 Desember 2015, bisa dibilang sungguh sadis.  Bagaimana kekejaman dan kebengisan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News