Surat dari Nanjing
Beliau bisa bahasa Banjar, maka akhirnya pun saya diajak ngomong panjang lebar bahasa Banjar.
Anak-anak lain ketawa melihat tingkah lucunya Pak Dahlan. Saya dan kawan-kawan begitu bangga dengan beliau setelah banyak berbagi pengalaman dalam dua jam ini.
Beliau sempat meminta saya berpuisi di depannya. Dengan tema pertemuan ini. Alhamdulillah, setelah puisi spontanitas itu, beliau dan rekan-rekan lain bertepuk tangan.
Pada akhirnya, waktu memisahkan kami. Sebelum itu, kami berfoto ria, bikin video, dan menyambangi masjid tertua di Tiongkok. Masjid Jingjue Sanshanjie. Tak jauh dari tempat makan tersebut.
Bahagia luar biasa ketika Pak Dahlan meminta saya jadi imam salat zuhur beliau. Orang tua maupun keluarga saya di Indonesia senang sekali mendengar kabar ini.
Hari itu, banyak pengalaman dan pelajaran dari beliau, sampai akhirnya, di depan pintu masjid, kami saling mengucap salam perpisahan. Sedih sebenarnya, ketika bisa bertemu dengan orang yang kita kagumi.
Tapi, ya, ada pertemuan pasti ada perpisahan. Terima kasih Pak Dahlan atas 2 jam yang sangat berharga. Semoga kami bisa menjadi penerus orang hebat seperti Anda.
*Mahasiswa jurusan Bisnis Internasional di Jiangsu Institute of Commerce (JIC)