Surat Terakhir Diduga Pemicu Utama Siswa SMP di Tarakan Gantung Diri
jpnn.com, JAKARTA - Seorang siswa di salah satu SMP di Tarakan, Kalimantan Utara nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri pada Selasa (27/10) lalu.
Pelajar berusia 15 tahun itu ditemukan sudah tak bernyawa akibat gantung diri di kamar mandi rumahnya.
Program pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19, diduga menjadi salah satu penyebab siswa itu mengalami depresi hingga nekat mengakhiri hidupnya.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti menduga, surat terakhir yang diterima siswa tersebut menjadi pemicu utamanya. Hal ini sesuai dengan penjelasan ibunda korban.
"Orang tua korban menduga kuat kalau surat dari sekolah yang diterima sehari sebelum korban memutuskan mengakhiri hidupnya adalah merupakan pemicu," kata Retno dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (30/10).
Menurut orang tuanya, surat itu diterima korban pada 26 Oktober 2020, atau sehari sebelum ditemukan gantung diri.
Surat dari pihak sekolah itu isinya menyampaikan bahwa anak korban memiliki sejumlah tagihan tugas dari 11 mata pelajaran.
Rata-rata jumlah tagihan tugas yang belum dikerjakan anak korban adalah 3-5 tugas per mata pelajaran. Jika ditotal semuanya ada 33 tugas.
Korban menerima surat bernada tekanan itu sehari sebelum gantung diri di kamar mandi rumahnya.
- AHF Indonesia Dorong Peran Asia dalam WHO Pandemic Agreement
- 5 Berita Terpopuler: Menteri Ikut Bicara soal Kasus Guru Honorer Supriyani, KPAI juga Bergerak, Persaingan Keras
- Kasus Guru Supriyani Dituduh Memukul Anak Polisi, KPAI Minta PGRI Tak Lakukan Diskriminasi
- Inovasi Kemandirian Kesehatan: Nucleopad, Solusi Cepat untuk Deteksi Penyakit Infeksi
- Dana Padanan Kedaireka Dukung Inovasi Kendaraan Listrik Demi Kemandirian Bangsa
- Laporkan Kimberly Ryder ke KPAI, Edward Akbar Sertakan Barang Bukti Ini