Surat Terakhir Diduga Pemicu Utama Siswa SMP di Tarakan Gantung Diri

Menurut ibu korban, anaknya belum menyelesaikan tugasnya bukan karena malas, tetapi memang tidak paham sehingga tidak bisa mengerjakan. Sementara orang tua juga tidak bisa membantu.
Ibu korban bahkan sempat berkomunikasi dengan pihak sekolah terkait beratnya penugasan sehingga anaknya mengalami kesulitan. Namun, pihak sekolah hanya bisa memberikan keringanan waktu pengumpulan, tetapi tidak membantu kesulitan belajar yang dialami anaknya.
Selain itu, kata Retno, dalam surat tersebut ada semacam tekanan jika tugas-tugas tersebut tidak dikumpulkan ke gurunya, maka anak korban tidak bisa mengikuti ujian semester ganjil nantinya.
"Anak korban yang sudah duduk di kelas akhir kemungkinan ketakutan tidak mampu mengerjakan tugas, akhirnya tidak ikut ujian semester dan nanti bisa tidak lulus SMP," tutur mantan kepala SMAN 3 Jakarta ini.
Retno mengatakan, barangkali tujuan pihak sekolah hanya sekadar mengingatkan dan memberikan dorongan agar para siswanya mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugasnya yang tertumpuk.
"Namun, bagi remaja yang mengalami masalah mentall, kecemasan, stress atau malah depresi selama masa pandemi karena ketidakmampuan mengerjakan tugas-tugas PJJ, memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan pikiran tentang bunuh diri," tambah Retno.(fat/jpnn)
Korban menerima surat bernada tekanan itu sehari sebelum gantung diri di kamar mandi rumahnya.
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam
- Perilaku Seksual Tak Lazim Kapolres Ngada AKBP Fajar Dikecam
- Polres Tarakan Diserang Prajurit TNI
- AHF Indonesia Dorong Peran Asia dalam WHO Pandemic Agreement
- 5 Berita Terpopuler: Menteri Ikut Bicara soal Kasus Guru Honorer Supriyani, KPAI juga Bergerak, Persaingan Keras
- Kasus Guru Supriyani Dituduh Memukul Anak Polisi, KPAI Minta PGRI Tak Lakukan Diskriminasi
- Inovasi Kemandirian Kesehatan: Nucleopad, Solusi Cepat untuk Deteksi Penyakit Infeksi