Surat Terbuka untuk Presiden Joko Widodo
Pak Jokowi, izinkan saya dan kawan-kawan bidan desa, sampaikan secarik surat terbuka ini. Agar Bapak tahu, kami masih terbelenggu. Karena ketidakpastian atas nasib kami, sebagai unsur strategis ketahanan nasional di bidang kesehatan, bidan desa sebagai pelaksana prioritas kesehatan pemerintahan pusat di daerah, khususnya tenaga fungsional rendahan di desa yang masih berlabel Pegawai Tidak Tetap (PTT Pusat).
Pak Presiden, baru-baru saja, negara ini membuat terobosan kebijakan “Hitam Di Atas Putih” melalui Menteri PAN & RB, pada tanggal 28 September 2015, berkehendak untuk mengangkat kami sebagai pegawai tetap negara, semuanya, tanpa kriteria yang memberatkan. Hal ini berdasarkan masa kerja pengabdian kami selama ini, lebih dari sembilan tahun lamanya. Dan telah mendapatkan arahan Bapak Wakil Presiden RI, Bapak Jusuf Kalla.
Singkatnya, kami telah mengikuti seluruh tahapan rekruitmen yang dilakukan Kemenkes RI. Seleksi administrasi kami dinyatakan lulus. Sistem Computer Assisted Tes (CAT) pun sudah kami laksanakan, sejak 19-26 Juli 2016 lalu. Sebagai tahapan yang terpaksa harus kami ikuti. Dan sedang menanti Pengumuman CPNSD 26 Agustus 2016 mendatang. Mengapa kami ingin menjadi pegawai tetap negara, Pak? Selain alasan strategis di atas.
Yang kedua, adalah alasan tragis, Pak Presiden. Selama ini, kami, sebagai perempuan Indonesia, yang juga para ibu-ibu, bertahun-tahun lamanya, sebagian besar dari kami, adalah korban PUNGLI.
Kalau Bapak ke daerah-daerah, tolong tanyakan kepada bidan desa berlabel PTT (Pusat) ini, Pak, bagaimana tragisnya, nasib kami, yang dijadikan ladang PUNGLI, setiap perpanjangan kontrak kerja, sebagai Pegawai Tidak Tetap ini. Apalagi menjelang pengumuman CPNSD ini, Pak. Tapi perjuangan kami, bertekad melawan segala bentuk PUNGLI, Pak! Kami terus berjuang Pak, melalui wadah aspiratif bersama kami, FORBIDES. FORUM BIDAN DESA PTT (PUSAT) INDONESIA.
Bapak Presiden,
Masih segar dalam ingatan saya, dan kawan-kawan kami. Saat saya tepat di belakang bahu Bapak, menyampaikan Pidato Piagam Perjuangan Rengasdengklok, 8 September 2014. Dan kami menghampiri Bapak di Balaikota, 23 September 2014 sebelum pelantikan.
Dan bertemu kembali dengan Bapak Presiden Joko Widodo saat melakukan pencanangan Kampung Keluarga Berencana (KB) di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Waluya Bondet, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, 14 Januari 2016, lalu. Ataupun 17 Agustus 2015, tepat setahun yang lalu, di Istana Negara.
JAKARTA--Peringatan HUT Kemerdekaan RI yang ke-71 menjadi momen penting bagi para bidan desa PTT (pusat) memperjuangkan nasibnya. Mereka berharap
- Belasan Ketum Kadin Daerah Gugat Pelaksanaan Munaslub 2024
- Menag Dikirimi Sejumlah Barang Berharga oleh Orang Misterius
- Polisi Tembak Siswa SMK di Semarang: Keterangan Siapa yang Benar?
- Usut Kasus Investasi Fiktif, KPK Panggil Petinggi PT. Insight Investmen Management dan PT Taspen
- Wayan Sudirta Soroti Sejumlah Persoalan di Institusi Polri Termasuk Kasus Penembakan Anggota Paskibraka di Semarang
- Aktif Dorong Reformasi Keuangan, Misbakhun Raih Penghargaan