Surat untuk Angelina, Tere, Meutya, Nurul, Vena, Eko, Wanda, Primus Cs
Selasa, 12 Mei 2009 – 08:11 WIB
Sudah tak dikenal, mungkin, selama kampanye juga jarang muncul. Jika pun muncul juga, ternyata tak berhasil meraih minat pencontreng. Buktinya, ia tak lagi terpilih.
Memang masih debatable. Mungkin juga para tokoh lama itu tak punya uang untuk ditebar agar pencontreng mau memilihnya. Tak berarti yang berhasil terpilih lagi karena ia menebar uang, meskipun kemungkinan itu tidak tertutup. Barangkali juga ia ditempatkan partainya di daerah pemilihan baru, sehingga menjadi tak dikenal.
Jangan-jangan kesan para pencontreng terhadap anggota DPR lama, mungkin karena “mereka suka korupsi, sih.” “Terlibat skandal asmara pula,” kata yang lain. Memang bukan generalisasi. Tapi secara sosiologis, kesan buruk dari sebuah kelompok, walau tak semuanya, tapi sekan-akan menggambarkan komunitas yang diwakilinya. Vonis sosiologis memang begitu.
Saya kira putusan Mahkamah Konstitusi sudah benar. Vox Populi Vox Dei. Suara rakyat suara Tuhan. Pencontreng adalah pangeran demokrasi. Rakyatlah King or Queen Maker yang membuat Anda berhasil atau gagal menjadi anggota DPR. Asas demokrasi ini tak terbantahkan!