Surat untuk Mahkamah Konstitusi
Jumat, 11 Juni 2010 – 00:12 WIB
Gejolak satu-satunya di Sibolga, barangkali hanya pada 1965, ketika apa yang disebut dengan Gerakan 30 September/PKI meletus. Ini pun lebih merupakan tempias gerakan nasional yang merembes ke daerah, termasuk ke Sibolga.
Baca Juga:
Saya ingat, saya sudah kelas 1 SMA kala itu, orang-orang PKI diuber, ditangkap dan dibunuh. Bahkan, kerusuhan Mei 1998 lalu malah tak menjalar ke kota itu. Saya ingat pula seuntai syair tentang berdirinya kota itu. Sibolga jolong basusuk, banda digali urang rante, jangan manyasa munak barisuk, kami sapeto dagang sansai.
Syahdan, kota itu dulunya dibangun dengan menimbun tanah berawa-rawa dengan mengerahkan para narapidana yang kaki mereka dirantai sehingga dijuluki “orang rante.”
Dua bait berikutnya mendeskripsikan jatidiri masyarakat sebagai nelayan dan pedagang antar antarpulau yang hidupnya penuh suka dan duka. Toh, mereka melaluinya dengan sabar dan tanpa berkelahi dengan sesama.