Surprise! Juraj Sagan Jadi Guide Naik Gunung Setan
Senin, 20 Mei 2013 – 07:34 WIB
Sagan sendiri cenderung pendiam. Bukannya sombong, karena dia selalu ramah. Kata Bessette, mungkin karena kemampuan bahasa Inggris Sagan masih terbatas. Agostini justru lebih proaktif dan sering berbincang dengan rombongan kami.
Tentu saja, ini dijadikan kesempatan untuk tanya-tanya ke mereka. Aris Utama sempat bertanya bagaimana posisi sprint yang paling baik, dan Agostini menunjukkan posisi yang paling ekstrem. Tangan di bagian drop bawah, kepala di depan serendah mungkin, hampir sejajar dengan setir. Dengan bagian pantat menungging tinggi di atas sadel.
Begitu memasuki kaki tanjakan, "perang" pun dimulai. Walau ini bukan balapan, ketika sudah di atas sadel, para cyclist biasanya punya target sendiri-sendiri. Misalnya harus finis duluan. Atau mengalahkan salah satu rekan. Atau tidak ingin jadi juru kunci!
Dengan santai, Juraj Sagan dan Agostini menanjak cepat. Anggota rombongan yang tergolong paling kuat langsung melaju mencoba mengikuti. Sony Hendarto, asal Madiun, ingin melejit duluan "menabung" keunggulan sebelum finis. Khoiri Soetomo dan Liem Tjong San memilih cara "sabar", menyimpan tenaga dengan harapan menyalipi pesaing yang rontok satu per satu.
Kado kejutan didapatkan rombongan Jawa Pos Cycling di Tour of California Sabtu lalu (18/5). Menanjak Mount Diablo, Cannondale menyediakan dua pembalapnya
BERITA TERKAIT
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas